Ekskavasi Situs Kumitir di Dusun Bendo, Desa Kumitir, Kecamatan Jatirejo digelar tim dari BPCB Jatim pada 2019, 2020 dan 2021. Penggalian arkeologis tahap ketiga tahun ini berlangsung satu bulan, 1-30 Maret.
Sampai saat ini, tim ekskavasi berhasil menemukan tembok pelindung Situs Kumitir. Struktur tembok dari bata merah itu mempunyai ketebalan 140 cm dan tinggi 120 cm. Tembok ini mengelilingi Situs Kumitir hingga membentuk area persegi panjang seluas 64.148 meter persegi atau 6,4 hektare. Yaitu panjang tembok dari barat ke timur 316 meter dan 203 meter dari utara ke selatan.
"Di bagian tengah atau di sektor A, B, C (area yang dikelilingi tembok) kami temukan struktur bata dengan kombinasi bongkahan batu bulat atau bolder dan batu persegi. Kami duga ini istana Bhre Wengker," kata Ketua Tim Ekskavasi Situs Kumitir, Wicaksono Dwi Nugroho kepada detikcom, Rabu (17/3/2021).
Struktur yang diyakini para arkeolog sebagai sisa-sisa istana Bhre Wengker ditemukan tepat di sebelah barat tempat pemakaman umum Dusun Bendo. Bangunan seluas 20 x 26 meter persegi itu menghadap ke barat, atau lurus dengan pintu gerbang yang ditemukan di tembok keliling sisi barat.
Selain berbagai temuan arkeologis, lanjut Wicaksono, hipotesis Situs Kumitir adalah istana Bhre Wengker juga ditunjang bukti-bukti literatur. Antara lain dari Kitab Negarakertagama, Kidung Wargasari dan Pararaton.
"Disebutkan tempat pendarmaan Mahesa Cempaka di Wengker. Di Wengker bukan berarti lokasinya di Ponorogo sebagai wilayah kekuasaan Bhre Wengker, tapi di Kumitir merupakan istana Bhre Wengker. Di dalam Kitab Negarakertagama pupuh 41 disebutkan di timur (keraton Majapahit) menjulang istana ajaib Bhre Wengker dan Rani Dhaha atau Bhre Dhaha," terangnya.
Bhre Wengker bergelar Wijayarajasa, kata Wicaksono, merupakan raja kecil atau raja negara bagian yang menjadi bawahan Raja Majapahit. Kala itu Majapahit dipimpin Hayam Wuruk tahun 1350-1389 masehi. Bhre Wengker menikah dengan Bhre Dhaha yang bergelar Rajadewi Maharajasa. Bhre Dhaha dan Tribuana Tunggadewi sama-sama putri Raden Wijaya, raja pertama Majapahit.
"Keduanya (Bhre Wengker dan Bhre Dhaha) paman dan bibi Hayam Wuruk. Di Negarakertagama digambarkan Bhre Wengker sebagai raja yang tampan, bijaksana, baik hati dan sangat mendukung Hayam Wuruk dan membuka beberapa hutan untuk pertanian dan tempat peribadatan. Diceritakan Bhre Wengker waktu itu sangat dihormati rakyatnya," jelasnya.
Sisa-sisa bangunan kuno di Situs Kumitir diyakini bukan istana tetap Bhre Wengker. Menurut Wicaksono, istana ini hanya sebagai persinggahan Bhre Wengker saat dipanggil menghadap Raja Hayam Wuruk. Di dalam Kitab Negarakertagama dijelaskan tata letak keraton Majapahit atau Wilwatiktapura. Yaitu istana Hayam Wuruk dikelilingi istana raja-raja bawahan Majapahit.
"Di dalam Wilwatiktapura ada beberapa komponen, termasuk beberapa puri-puri atau istana raja-raja bawahan Majapahit. Ketika mereka dipanggil ke Majapahit, mereka punya vila sendiri. Jadi, bukan sebagai tempat tinggal, hanya rumah singgah," ungkapnya.
Wicaksono menegaskan, hipotesis baru ini tidak mematahkan yang lama. Yakni Situs Kumitir menjadi tempat pendarmaan atau tempat menghormati Mahesa Cempaka, salah seorang raja bawahan Singosari. Dia meyakini, Bhre Wengker membangun tempat suci untuk menghormati leluhurnya, Mahesa Cempaka di dalam istananya yang kini menjadi Situs Kumitir.
"Tempat pendarmaan secara konsep bisa dihangun di dalam istana, tapi bentuknya tidak harus candi, tapi sebatas pelinggih seperti di istana-istana Bali untuk memuja para leluhurnya. Walupun di Negarakertagama disebutkan ini tempat pendaramaan Mahesa Cempaka, secara konsep tidak bisa dikerjakan. Karena Mahesa Cempaka bukan raja yang bisa didarmakan. Maka diartikan sebagai tempat suci untuk menghormati Mahesa Cempaka di Wengker," lanjutnya.
Mahesa Cempaka meninggal pada 1268 masehi. Semasa hidupnya, dia menjadi Bhre Dhaha, salah satu negara bagian Singosari. Sementara Singosari kala itu dipimpin saudara tirinya, Wisnu Wardhana.
Mahesa Cempaka merupakan keturunan kedua Ken Arok dengan Ken Dedes. Dia adalah kakek Raden Wijaya, pendiri Majapahit. Sedangkan Wisnu Wardhana keturunan kedua dari Tunggul Ametung dengan Ken Dedes.