"Namun tetap yang paling banyak pembeli dari Banyuwangi sendiri. Banyak penjual ikan yang beli partai. Profesinya juga macam-macam, mulai anak hingga kolektor cupang," ujarnya.
Berkembangnya usaha Ervando ini diiringi dengan peningkatan omzet. Pada pertengahan tahun lalu, dia bahkan menerima pesanan hingga senilai Rp 30 - 40 juta/bulannya. Kini, sebulan rata-rata Rp 10-15 juta.
"Mungkin karena pandemi COVID-19 orang banyak di rumah, ditambah cupang sedang booming, saya bisa menikmati hasil yang tidak pernah saya pikir sebesar ini," ucapnya.
Pendapatan besar yang didapat digunakan untuk membiayai kebutuhan sehari-hari. Ervando kini bisa membayar sendiri biaya kos dan kuliah. Uang yang dia dapatkan digunakan juga untuk mengembangkan usahanya.
![]() |
"Dan yang paling menyenangkan, saya bisa bersedekah lebih banyak," ucapnya.
Ipuk mengaku bangga dengan apa yang dilakukan Ervando. Bagi dia, sosok Ervando adalah contoh anak muda yang gigih dan mampu menjadikan masalah tidak sebagai penghalang, namun justru jeli melihat peluang lain.
"Kita bisa lihat bagaimana kecelakaan justru menjadi titik balik dia untuk memulai usaha," ujarnya.
Ipuk pun menjelaskan bahwa salah satu program pemkab ke depan adalah mendorong anak-anak muda untuk berani membuka peluang bisnis lewat program inkubator bagi pengusaha muda. "Tidak menutup kemungkinan, Ervando akan kami libatkan di program tersebut sebagai motivator bagi yang lain. Ervando bisa jadi inspirasi bagi anak muda untuk berani memulai usaha," ujarnya.
Ervando pun berharap kepada Ipuk agar pemkab bisa menggelar pameran ikan cupang dengan melibatkan puluhan breeeder yang tersebar di Banyuwangi. "Akan keren bila pemkab memfaislitasi kami berpameran bareng. Kami bisa saling sharing, penjual luar kota juga pasti akan tertarik bila semua breeder kumpul," tutupnya.
(fat/fat)