Suka Duka Nakes di Surabaya Hadapi Pandemi Setahun Corona

Suka Duka Nakes di Surabaya Hadapi Pandemi Setahun Corona

Esti Widiyana - detikNews
Selasa, 02 Mar 2021 12:38 WIB
Jubir Penanganan COVID-19 RS Royal dr Dewa Nyoman Sutanaya SH MHKes MARS
Jubir COVID-19 RS Royal Surabaya, dr Dewa Nyoman Sutanaya SH MHKes MARS (Foto: Esti Widiyana)

Sementara untuk insentif yang diterima, ia merasa sudah seimbang dan cukup dengan apa yang dikerjakan. "Terkadang dari RS, insentif itu kebijakan dari pemerintah. Baik dari perawat, dokter juga dapat," ujarnya.

Wiwin juga percaya dan yakin pandemi COVID-19 yang sudah setahun ini akan berakhir. Meski ia sendiri tidak dapat memprediksi kapan akan berakhir.

"Paling tidak cahaya kita bisa lihat terangnya pertama dari vaksin. Dari vaksin itu sesuatu yang sangat banyak manfaatnya. Meskipun satu sisi terkait kejenuhan masyarakat melaksanakan protokol kesehatan, sedikit banyak mulai berkurang. Tapi saya percaya pamdemi ini, saya nggak tahu kapan, tapi saya percaya dan yakin pandemi ini segera berakhir," jelasnya.

Sedangkan psikiater sekaligus nakes yang menangani pasien COVID-19 di RS Unair, dr Brihastami Sawitri menceritakan PR yang ia hadapi adalah pada tingkat kepercayaan orang yang berbeda-beda. Dari sisi psikiater tugasnya adalah untuk memberikan pengertian kepada pasien Corona yang dirawat, dan itu tidak mudah.

"Mulai dari stigma, isolasi dari keluarga, dan sebagainya sering dikonsultasikan ke saya dengan beberapa gangguan penyesuaian. Mulai dari cemas, sulit tidur, mulai nggak semangat, ada gangguan sikomatis sehingga memperberat gejalanya. Itu cukup menyulitkan. Ada beberapa pasien yang lebih sulit, misalnya kurang kooperatif, di awal-awal keluarga memaksa ingin memulangkan, tapi semakin ke sini semakin menyadari," cerita Mya sapaan akrabnya.

"Dukanya lagi, dokter kan juga manusia, kita juga punya keluarga, kalau angka lagi tinggi-tingginya jadi semakin sulit ketemu keluarga. Belum lagi banyak nakes yang positif. Belum lagi kalau punya keluarga yang dirawat, pasien COVID yang dirawat sedang-berat," tambahnya.

Terkait insentifnya sendiri, Mya sangat mensyukurinya dan tercukupi. "Memang kadang-kadang jumlahnya ini mungkin tidak sama, tiap orang punya pendapat yang berbeda," katanya.

Namun, Mya mengatakan pandemi COVID-19 ini mungkin tidak benar-benar hilang. Melainkan mereda. Dengan berjalannya vaksinasi, bukan berarti masyarakat bisa mengendorkan protokol kesehatan. Pandemi akan segera reda jima masyarakat sendiri sadar akan pentingnya menjaga diri sendiri, sekaligus melindungi orang lain.

"Kalau kita melihat sehari-sehari di jalanan mungkin masih banyak yang kurang mematuhi protokol. Saya khawatir juga kadang, apakah benar meskipun vaksin sudah terdistribusi dengan baik apakah masyarakat masih mematuhi protokol atau tidak. Kalau benar-benar selesai (pandemi COVID-19), mungkin belum waktu dekat, karena menurut para ahli membutuhkan waktu cukup lama," pungkasnya.


(iwd/iwd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.