"Kalau misalnya dikatakan harapan yang paling realistis mengharapkan masyarakat untuk sadar 3M atau 5M. Kita melihat sendiri itu agak susah karena agak berbenturan dengan budaya mereka untuk patuh. Sehingga menurut saya yang paling realistis adalah program vaksin berjalan dengan maksimal, optimal, sehingga angkanya menurun. Sekarang yang sudah landai harapannya bisa menuju tren menurun itu yang paling realistis," harapnya.
Nakes di RS Husada Utama (RSHU) Surabaya juga menceritakan suka duka mereka merawat pasien COVID-19. Sebagai garda terdepan, mereka senantiasa berusaha menolong pasien, apa lagi sampai kritis dan akhirnya bisa sembuh dan pulang.
"Itu suatu kebahagiaan yang luar biasa, bisa menolong orang-orang," kata Dirut RSHU dr Didi D Dewanto SpOG.
Didi mengatakan sementara dukanya adalah banyak rekan-rekan nakes di Surabaya yang meninggal usai bertahan melawan COVID-19 pada diri sendiri. Meski tidak ada nakes RSHU yang meninggal terpapar Corona, namun Didi hingga kini tetap mengantisipasi hal tersebut.
"Kami juga bekerja abnormal, karena harus memakai APD yang sangat menyiksa di badan, karena panas, lelah. Dan ada ancaman virus di sekeliling pasien yang kita rawat," ujarnya.
Satu tahun pandemi COVID-19, Didi tentunya berharap agar wabah ini segera berakhir. Sehingga dapat kembali ke kehidupan normal. "Saya berharap masyarakat sehat, sudah terbentuk antibodinya. Sehingga penularan virus ini bisa dihentikan," katanya.
Sementara dokter spesialis paru sekaligus perawat pasien COVID-19 di RS Universitas Airlangga (RS Unair) Surabaya dr Wiwin Is Effendi SpP(K) PhD mengganggap semuanya senang dalam merawat pasien Corona. Sebab, ia yang juga sebagai ilmuwan menganggap virus ini suatu hal yang baru dan belum pernah terjadi pandemi serupa sebelumnya.
"Ini suatu ilmu baru, banyak hal-hal baru yang belum kita ketahui terhadap pandemi itu sendiri. Kalau dukanya pasti saat kehilangan sejawat terutama yang membuat 'nelongso'. Merawat pasien yang datang dalam kondisi berat akhirnya dengan perawatan kemudian dia bisa survive dan bisa membaik. Mencegah dari klaster keluarga. Hal-hal itu yang tidak terlupakan," kata Wiwin.