Puluhan paus Pilot pada Kamis (18/2) terdampar di pantai di Desa Patereman, Modung, Bangkalan, Madura. Kepala Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Analitika Data, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Dr Dewi Hidayati SSi MSi mengurainya berdasarkan referensi ilmiah terhadap faktor yang mempengaruhi terdamparnya paus tersebut.
Pakar Biologi ITS ini menjelaskan berdasarkan beberapa jurnal dan laporan media massa, dalam periode tertentu paus memang melakukan migrasi secara berkelompok. Jenis paus pilot atau short-finned pilot whale sendiri pada umumnya bermigrasi melalui perairan Indonesia.
"Puluhan paus yang terdampar diperkirakan berasal dari perairan Australia dan akan melewati perairan Indonesia. Dalam sebuah jurnal dari journals.org tentang aktivitas migrasi paus, migrasi akan mencapai puncaknya pada bulan Februari dan Mei. Pada penelitian tersebut dan juga beberapa laporan lain menyebutkan bahwa paus umumnya akan melewati jalur yang sama untuk bermigrasi," kata Dewi dalam siaran pers yang diterima detikcom di Surabaya, Senin (22/2/2021).
Paus sendiri memiliki kemampuan mengingat jalur yang dilalui setiap tahunnya karena adanya biomagnitit yaitu zat yang berada pada retina cetacea yang memiliki fungsi sebagai indra magnetis yang membantu mengetahui ke arah mana bergerak. Hal ini membuat paus peka terhadap perubahan medan magnet bumi.
Sedangkan referensi darj artikel ilmiah berjudul In-depth Whale Navigation: Navigating the Long Way Home karya Robin Marks menuliskan paus yang mengikuti 'jalur' magnet ini kemungkinan besar akan terdampar di daerah yang jalurnya berbelok.
"Kemungkinan termasuk di beberapa perairan pantai Pulau Madura dan kawasan Selat Madura. Saya memprediksi jika perubahan yang terjadi pada navigasi paus bisa dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, mulai dari cuaca yang ekstrem, gelombang sinar matahari, perubahan garis pantai, paus sakit, dan bisa saja dari aktivitas kilang minyak yang berada di sekitar perairan. Karena ada juga referensi yang mengatakan bahwa rig (bangunan lepas pantai) dijadikan patokan magnetik bagi paus," jelasnya.
Ada pun langkah-langkah yang bisa dilakukan masyarakat untuk mengatasi masalah paus terdampar di pantai. Yakni memprediksi kapan dan di mana peristiwa biasanya paus terdampar. Caranya bisa membangun pos paus di sekitar pantai yang berfungsi memantau kondisi pantai, sekaligus sebagai media edukasi paus.
Simak video 'Analisa KKP soal Puluhan Paus Pilot Terdampar di Pantai Bangkalan':
"Kalau masyarakat melihat paus-paus terdampar, sebaiknya menjaga paus tetap dalam keadaan basah, karena penyebab paus mati disebabkan kehilangan kadar air di tubuhnya secara drastis. Langkah ini bisa dilakukan dengan menyiramnya dan membasahi tubuh dengan air laut, atau dengan segera melepasnya ke laut kembali. Jika tidak memungkinkan, untuk mengurangi penderitaan, beberapa referensi ilmiah menyarankan euthanasia. Ini dikutip dari beberapa referensi, salah satunya dari buku National Guidance on the Management of Whale and Dolphin Incidents in Australian Waters," urainya.
Mengenai perlakuan bangkai paus yang ada, Dewi menyarankan untuk mengutamakan membuang bangkai ke laut. Sebab banyaknya bangkai yang membusuk, bisa menjadi sumber makanan predator dan dapat berkontribusi pada rantai makanan laut.
"Atau mungkin dari rangka paus yang mati bisa dijadikan sebagai sumber bahan pengajaran untuk mengembangkan studi tentang mamalia laut ini," tuturnya.
Dewi pun menyimpulkan banyaknya teori terkait anomali ini, karena banyak kasus serupa tanpa diketahui penyebabnya secara pasti. Dalam pengamatannya, masyarakat dengan kearifan lokalnya telah melakukan beberapa upaya penyelamatan.
Tentunya ke depannya diharapkan, masyarakat lokal bersama institusi terkait dapat membuat protokol langkah mitigasi dalam menangani kasus paus terdampar. Sebab, kejadian seperti ini bukan kali pertama di Indonesia.
"Respons tanggap masyarakat diharapkan bisa membantu paus untuk kembali melakukan perjalanan migrasinya. Besarnya tubuh paus lah yang menyebabkan ia tak dapat bermanuver kembali ke laut, sehingga dibutuhkan bantuan langsung dari manusia," tandas salah satu anggota Laboratorium Zoologi dan Rekayasa Hewan Biologi ITS ini.