Warganet ramai membahas soal dugaan kucuran dana Rp 9 miliar dari Pemkab Pacitan. Penerimanya konon adalah Yayasan Yudhoyono (Yudhoyono Foundation) untuk Museum SBY.
Anggaran berupa hibah tersebut dikhususkan untuk pembangunan Museum SBY.
Bangunan itu sendiri terletak di ruas Jalan Lintas Selatan (JLS), Kelurahan Sidoharjo. pembangunan Museum SBY di Pacitan sudah sejak lama direncanakan dan semata-mata untuk meningkatkan daya tarik pariwisata di Pacitan. Apalagi, dana hibah untuk Museum SBY sudah sesuai mekanisme.
Bendahara Umum DPP Partai Demokrat, Renville Antonio mengatakan, dana hibah itu murni bantuan. Menurutnya, dana hibah itu diperbolehkan.
"Jadi ini murni bantuan. Sepanjang pengetahuan saya itu diperbolehkan. Karena ini membantu yayasan, apalagi ini presiden. Sama seperti zamannya, mungkin (Presiden) Gus Dur waktu di Jombang," ujar Renville saat ditemui di Surabaya.
Renville membeberkan, awalnya dana hibah untuk Museum SBY di Pacitan, merupakan inisiatif Gubernur Soekarwo (Pakdhe Karwo) saat masih menjabat. Sedangkan saat peletakan batu pertama, lanjut Renville, Pemprov Jatim sudah dipimpin Gubernur Khofifah Indar Parawansa.
"Tapi itu inisiatif Gubernur Pakdhe Karwo langsung. Jadi ya kita terima kasih. Dan waktu itu Bu Gubernur (Khofifah) waktu peletakan batu pertama (Hadir) dan memberi apresiasi," terangnya.
Secara terpisah, Sekdaprov Jatim Heru Tjahjono mengatakan, hibah itu belum dicairkan. Sejauh ini, dana sebesar Rp 9 miliar tersebut masih di Pemkab Pacitan. Pemkab Pacitan mengajukan ke Pemprov Jatim pada tahun 2019 lalu.
"Tapi hibah itu belum diluncurkan uangnya, belum dipergunakan. Uang itu belum dipergunakan. Uang itu masih di APBD Pacitan," ujar Heru saat dikonfirmasi.
Heru menjelaskan, ada beberapa kelengkapan yang perlu dicukupi untuk mencairkan dana hibah tersebut. Dana hibah sebesar Rp 9 miliar tidak hanya untuk Museum SBY. Tetapi juga untuk hal lain. Hibah itu bantuan keuangan (BK). Bila uang itu akan dihibahkan ke Museum SBY, Heru menyebut, harus ada persyaratan yang dilengkapi.
"Karena memang ada hal-hal yang perlu dicukupi. Uangnya masih utuh Rp 9 miliar. Bukan hanya untuk museum, untuk macam-macam," tegasnya.
Sementara warga Pacitan sendiri menganggap museum SBY diproyeksikan menjadi obyek wisata baru yang memperkaya wisata. Mereka menyamakan Museum SBY*ANI nantinya seperti Museum Soekarno atau Bung Karno di Blitar. Baik SBY dan Bung Karno sama-sama sosok presiden dan tokoh internasional.
"Ikonik pasti. Dan tidak dimungkiri mungkin itu akan jadi destinasi wisata unggulan ke depan. Seperti di Blitar ada museum dan makam Bung karno," kata Khoirul.
![]() |
Pandangan serupa juga disampaikan Eni Setyowati (41), warga Desa Kayen. Secara pribadi dirinya tidak mengkultuskan tokoh tertentu, termasuk SBY. Hanya saja keberadaan museum diperlukan sebagai bukti sejarah.
Terlebih sebagai putra daerah Pacitan perjalanan karir SBY cukup gemilang. Bahkan hingga menempati posisi tertinggi sebagai Presiden RI selama dua periode.
"Museum SBY itu bisa menjadi bentuk bahwa Pacitan itu pernah punya generasi yang bisa memimpin negara ini. Siapa tahu menginspirasi generasi muda. Sama halnya di Blitar masyarakat sangat bangga dengan sosok Soekarno," imbuh pegiat media yang kini mengajar di salah satu perguruan tinggi.
Anggota DPRD Jatim Fraksi PDIP, Deni Wicaksono menilai dana hibah tersebut lebih baik digunakan Pemkab Pacitan untuk membantu warga di tengah pandemi COVID-19.
"Duit Rp 9 miliar itu bisa untuk membeli beras 900 ribu Kg, bisa dibagikan ke rakyat miskin. Memfasilitasi lebih dari 500 ribu pelajar dengan bantuan paket data 1 GB, atau memberi ribuan beasiswa untuk mahasiswa yang kesulitan membayar biaya kuliah di masa pandemi," ujar Deni kepada detikcom, Rabu (17/2/2021).
Deni menjelaskan, dana hibah Rp 9 miliar tersebut dirasa tidak pas bila diberikan ke sebuah lembaga. Apalagi ia merasa, tujuan museum tersebut untuk citra politik.
Sedangkan di Blitar, ada dua bangunan yang menyimpan banyak peninggalan presiden RI pertama Soekarno. Yakni Perpustakaan Nasional (Perpurnas) Bung Karno (BK) dan Istana Gebang.
Pendanaan pembangunan Perpusnas BK merupakan dana gabungan dari Pemkot Blitar, Kementerian PU PR dan Dinas PU PR Provinsi Jatim sebanyak Rp 13 miliar.
![]() |
Bangunan kedua, adalah Dalem Gebang yang biasa disebut warga Istana Gebang Blitar. Para pelaku wisata di kota ini juga kerap menyebut tempat ini sebagai Museum BK. Rumah ini bersejarah karena merupakan rumah masa kecil Soekarno.
Kabid Pengelola Kawasan Wisata Disparbud Pemkot Blitar, Heru Santoso menegaskan, Istana Gebang adalah cagar budaya yang telah ditetapkan Pemkot Blitar.
Menurut Heru, rumah ini akan dibeli orang dari Malaysia. Namun rencana ini mendapat penolakan dari warga sekitar yang sangat mencintai semua hal bersejarah yang menjadi rekam jejak Presiden pertama RI itu.
"Akhirnya warga demo sambil membawa uang mereka. Dikumpulkan jadi satu dan warga bersedia membeli dari uang urunan, asalkan Dalem Gebang tidak jatuh ke warga asing. Aksi ini kemudian ditanggapi Pemerintah Kota Blitar dan Pemprov Jatim," tutur Heru.
Dari kesepakatan akhirnya Dalem Gebang dijual seharga Rp 35 miliar. Pembayaran pembelian bangunan itu diambil dari APBD Pemprov Jatim sebanyak Rp 25 miliar dan dari APBD Pemkot Blitar sebanyak Rp 10 miliar.