Sebelumnya, ada dua daerah di Jawa Timur diputuskan pemerintah pusat harus menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Wali Kota Malang, Sutiaji mengaku, tingginya angka kematian di Malang Raya menjadi perhatian pemerintah pusat. Karena prosentasenya melebihi jumlah kasus kematian nasional.
"Karena angka kematian kita, masih jauh melampaui angka kematian nasional. Angka kematian 6,9 persen," ujar Sutiaji kepada wartawan, Sabtu (9/1/2021).
Sehingga, lanjut Sutiaji, Malang Raya masuk dalam daerah yang harus menjalankan PSBB. Harapannya, mampu menekan lonjakan kasus COVID-19 yang terjadi beberapa waktu terakhir.
"Cara-caranya diserahkan kepada daerah. Untuk itu, kabupaten/kota segera harus melakukan, kenapa kasusnya tinggi seperti di Malang kan juga demikian. Ini harapannya bisa menekan," sambung politisi Parta Demokrat ini.
Menurut Sutiaji, pihaknya telah menyampaikan dalam rapat koordinasi Forkopimda Jawa Timur. Bahwa Malang Raya memilih untuk memodifikasi pelaksanaan PSBB yang ditentukan sejak 11-25 Januari mendatang. Artinya, pengetatan berbeda melalui PPKM.
Berdasarkan data Satgas COVID-19 per 8 Januari 2021, jumlah pasien yang meninggal mencapai 393 orang, sementara pasien terkonfirmasi positif COVID-19 sebanyak 4.099, pasien sembuh 3.371 orang.
Secara terpisah, Wali Kota Batu Dewanti Rumpoko mengaku penyebab tingginya angka kematian pasien COVID-19 di Malang Raya karena perilaku masyarakat yang kurang peduli terhadap kondisi kesehatannya.
Banyak dari pasien datang ke rumah sakit, sudah dalam kondisi kritis. "Jadi, ketika ke rumah sakit itu sudah dalam kondisi kritis. Sehingga rumah sakit itu menerima pasien Covid-19 dalam kondisi sangat mengkhawatirkan. Demikian juga terjadi di Kota Malang dan Kabupaten Malang," imbuh Dewanti.
Dewanti mengatakan, vonis dijadikan pasien COVID-19 menjadi momok bagi masyarakat untuk datang ke rumah sakit. Selain itu, masyarakat cenderung takut, apabila datang ke rumah sakit akan tertular virus.
Tetap berada di rumah kemudian menjadi pilihan utama, tetapi dampaknya keluarga lain bisa tertular. "Jadi masyarakat itu khawatir memeriksakan kondisi kesehatannya ke rumah sakit. Bahkan masyarakat kalau sakit pilihannya di rumah saja," tegasnya.