Umumnya, lanjut Agus, pengunjung memiliki keterkaitan sejarah dengan Kabupaten Pacitan. Sebagian dari mereka juga mengaku masih memiliki rumpun keluarga dengan almarhum. Selebihnya memang sengaja datang untuk berziarah.
"Saya pernah memandu pengunjung dari Jepang. Ada juga yang berasal dari Spanyol dan Australia," tutur Agus yang menjadi penerus ayahnya menjadi juru kunci.
Beberapa kali mengunjungi situs sejarah tersebut, detikcom pernah bertemu beberapa peziarah dari sejumlah wilayah di Tanah Air. Seperti Jakarta, Bandung, Panarukan, bahkan ada pula peziarah asal Pulau Dewata.
Di antara mereka ada yang datang rombongan dengan kendaraan roda empat. Ada pula yang datang dalam jumlah kecil. Mereka mengendarai sepeda motor dan diparkir di pelataran bawah.
"Saya berangkat dari Bali lalu ke Gresik dan Pekalongan. Insyaallah Pacitan ini jadi tujuan terakhir perjalanan," ucap seorang pria berbaju batik dan berkopiah yang mengaku warga Gianyar, Bali.
Banyak pengunjung berdatangan. Mulai sekadar napak tilas, berziarah, berdoa, hingga ngalap berkah. Medan menuju lokasi yang cukup menantang juga menjadi rute olah raga bagi warga setempat.