Fakta Risma Sujud ke IDI, Trena-Treni Dipertemukan TikTok hingga Lulusan SD Nikah Siri

Kaleidoskop 2020

Fakta Risma Sujud ke IDI, Trena-Treni Dipertemukan TikTok hingga Lulusan SD Nikah Siri

Esti Widiyana, Erliana Riady - detikNews
Rabu, 30 Des 2020 09:05 WIB
Wali Kota Risma nangis-nangis dan sujud saat audiensi bersama IDI Jatim dan IDI Surabaya. Dia mengaku goblok dan tak pantas menjadi wali kota.
Risma sujud di hadapan IDI (Foto file: Esti Widiyana/detikcom)
Surabaya -

Tahun 2020 adalah musim pagebluk. Wabah virus COVID-19 melanda seluruh negara, tak terkecuali Indonesia. Karena menyerang siapapun di dunia, banyak korban berjatuhan dan meninggal dunia. Semua kepala daerah di Indonesia turun tangan untuk mencegah dan mengantisipasi agar penyebaran COVID-19 tidak menyebar luas.

Kerjasama antar bidang ilmu bahu membahu untuk mencarikan solusi soal pandemi COVID-19. Apalagi segudang persoalan mengikuti seiring meluasnya pandemi. Saking banyaknya dampak COVID-19 ini membuat Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini melakukan aksi 'mengejutkan' di hadapan IDI Jatim dan IDI Surabaya di Balai Kota Surabaya.

Risma Sujud di Hadapan IDI
Aksi sujud di kaki Ketua Tim Penyakit Infeksi Emerging dan Remerging (Pinere) RSU dr Soetomo, dr Sudarsono ini tentu saja mengejutkan warga Surabaya dan masyarakat Indonesia. Risma meluapkan emosinya dengan bersujud dan menangis di depan dokter usai mendengar kesulitan yang dialami tenaga kesehatan dan pengelola rumah sakit menangani pasien COVID-19.

Diketahui pasien makin membludak karena masih banyak warga yang tidak menerapkan protokol kesehatan. Risma mengatakan pihaknya tidak bisa masuk ke rumah sakit milik Pemprov Jatim seperti RSU dr Soetomo. Pemkot Surabaya tidak bisa masuk untuk berkomunikasi. Bahkan menurutnya, bantuan dari pemkot sempat ditolak RSU dr Soetomo. Seperti bantuan APD.

"Kami tidak terima. Karena kami gak bisa masuk ke sana (RSU dr Soetomo)," kata Risma di Balai Kota Surabaya, Senin (29/6/2020).

"Tolonglah kami jangan disalahkan terus. Apa saya rela warga saya mati, kita masih ngurus jam 03.00 pagi orang meninggal yang warga bukan Surabaya. Kami masih urus. Saya memang goblok, saya tidak pantas jadi wali kota," lanjut Risma sambil menangis.

Risma menangis lantaran tidak bisa berkomunikasi dengan RSU dr Soetomo, padahal dirinya sudah membuka dan membangun komunikasi berkali-kali. Namun hasilnya tetap nihil. Dia mengharapkan warganya yang terkena COVID-19 bisa dirawat di RSU dr Soetomo.

"Pasien di RSU dr Soetomo sedikit yang keluar, masuk banyak. Karena overload harus ditolak. Saat pasien nangis ditolak saya nangis di poli. Apa lagi saat dua teman saya gugur (terpapar COVID-19), masyarakat seperti ini (masih berkerumun). Mohon ada koordinasi. Karena kita nggak bisa memulangkan jika tidak negatif dua kali," kata Sudarsono.

Ia juga mengaku ingin menemui Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya. Dia ingin para staf Dinkes merasakan beratnya menggunakan APD seperti yang dilakukan para tenaga medis. Di saat lelah melanda, membuka APD harus tetap hati-hati karena berbahaya.

Sudarsono menambahkan, pihaknya menyesalkan masih banyaknya warga Surabaya yang tidak menerapkan protokol kesehatan. Yang membuat virus Corona terus menyebar.

"Saya ingin ketemu staf Bu Feny (Kadinkes) bagaimana rasanya mengeluarkan itu. Saat kita lelah akan sangat membahayakan. Yang di hulu sudah sangat bagus, di daerah itu saya pulang setengah 10 (malam) masih ada warung kopi anak-anak muda," jelasnya.

Saat ditanya mengenai Risma yang menangis hingga bersujud, Sudarsono menjawabnya dengan pujian terhadap sang wali kota. Menurutnya Risma merupakan wali kota yang sangat bertanggung jawab.

"Bagus kok. Bu Risma itu sangat-sangat istimewa. Justru itu kebaikan beliau sangat kelihatan di situ. Rasa tanggung jawab besar dan merasa bersalah ini suatu ibu wali kota yang luar biasa," kata Sudarsono usai audiensi.

"Saya sebetulnya juga merasa ya apa, tapi saya ngomong apa adanya. Karena saya turun langsung, saya juga di poli, kadang-kadang di IGD, kadang-kadang merawat langsung pasien yang ada di ruang isolasi," tambahnya.

Menurutnya, apa yang dia ucapkan sehingga membuat Risma menangis dan bersujud hanyalah kesalahpahaman. Ia menilai usaha Pemkot Surabaya dalam menangani COVID-19 sudah maksimal.

"Ya mungkin beliau salah paham dikira usahanya belum, padahal usahanya sudah maksimal," pungkasnya.

Trena Treni Kembar Identik Dipertemukan TikTok

Aplikasi TikTok mempertemukan si kembar Trena Treni yang 20 tahun terpisah. Mereka terpisah akibat adanya konflik Ambon pada 1999.Aplikasi TikTok mempertemukan si kembar Trena Treni 20 tahun terpisah/ Foto: Tangkapan Layar


Kisah Trena Treni mampu menyedot perhatian warga dumai pada akhir Oktober 2020. Kembar identik yang terpisah selama 20 tahun akibat konflik Ambon ini, berhasil bertemu kembali berkat aplikasi TikTok.

Pertemuan mereka berawal dari posting-an Treni Fitri Yana warga Kademangan, Kabupaten Blitar yang menarik perhatian warga Tasikmalaya, Jawa Barat. Mereka menyangka tetangganya yang bernama Trena Mustika, yang lihai membuat konten TikTok itu.

Namun setelah ditanyakan kepada Trena, dia mengaku bukan pengisi konten itu. Yang membuat Trena ikut penasaran, bagaimana mungkin wajah Treni sangat mirip dengannya. Trena pun kemudian menelusuri akun media sosial Treni lainnya. Lalu ia mencoba berkomunikasi dengan berkomentar di tiap posting-an Treni.

"Awalnya saya gak begitu respons. Karena saya juga berdagang online. Tapi yang ditanyakan bukan dagangan saya. Malah lebih ke pribadi saya," tutur Treni kepada detikcom, Senin (19/10/2020).

Lama kelamaan, Treni penasaran juga. Karena beberapa orang yang belakangan diketahui kakak-kakak kandungnya, mengirimkan foto Trena Mustika. Mereka juga menyebutkan nama wanita yang selama ini mengasuh Treni di Blitar.

"Baru pada 14 Oktober lalu, mereka video call sama saya. Dan ya ampun, gak nyangka. Ternyata saya punya kembaran. Identik banget, cara berpakaian kami, cara bicara kami. Selama ini ibu saya gak pernah ngasih tahu kalau saya kembar," ungkapnya.

Fakta di depan mata membuat perasaan Treni tak karuan. Antara senang, sedih, tak percaya bahkan sampai syok mendapati kenyataan bahwa ada wanita lain yang serupa dan sedarah dengannya. Awalnya, Treni tidak mampu menanyakan fakta itu kepada ibunya. Namun sang ayah kandung akhirnya menghubungi sendiri ibu yang mengasuhnya selama ini.

Rabu (21/10), Treni berencana menemui keluarga aslinya dan saudara kembarnya di Tasikmalaya. Mereka yang terpisah sejak usia sekitar 2 tahun itu, akan kembali bertemu berkat aplikasi TikTok.

Pertemuan kedua saudara kembar ini akhirnya benar benar terjadi untuk kali pertama di Halaman Stasiun Kereta Api Tasikmalaya, Kamis subuh (22/10/2020). Pertemuan pertama ini banjir air mata.

Treni berkunjung Ke Tasikmalaya didampingi Ibu Angkat, suami dan anaknya. Mereka berangkat dari Blitar menggunakan Kereta Kahuripan. Demi menghadirkan kejutan, Trena sengaja tidak ikut masuk ke dalam stasiun untuk menyambut Treni. Trena memilih sembunyi di dalam kendaraan yang akan ditumpangi Treni.

Treni kemudian dibawa ayah kandungnya masuk kendaraan. Di sini lah, Treni baru menyadari Trena kakak kembarnya yang terpisah lama, berada di samping kursi duduknya. Tangis kedua saudara Kembar pecah dalam kendaraan. Tak ada kata yang keluar dari keduanya, hanya tangis bahagia.

Kedua saudara kembar ini langsung menuju kediaman Ayah kandungnya di Sukamaju Kaler, Indihiang, Kota Tasikmalaya untuk istirahat.

Heboh Pernikahan Anak 12 Tahun dengan Pria 3 Istri
Warga Kecamatan Siliragung, Banyuwangi dihebohkan dengan pernikahan anak di bawah umur. Seorang anak 12 tahun dinikahkan dengan seorang pria berusia 40-an tahun. Meski pernikahan itu hanya pernikahan siri, namun ada yang tak terima dan melaporkan kasus itu ke polisi. Polisi sudah memproses kasus ini.

"Benar memang ada dugaan pernikahan anak di bawah umur. Korban baru lulus SD usia 12 tahun. Saat ini kita laporkan ke Polresta Banyuwangi," ujar Imam Ghozali, pendamping korban saat ditemui detikcom di Mapolresta Banyuwangi, Senin (13/7/2020).

Imam mengatakan yang menikahkan korban adalah orang tua angkatnya. Orang tua kandung korban yang mendengar hal ini tak terima. Mereka mengadu ke ketua RT dan kepala dusun setempat, karena mendapat informasi jika anak kandungnya yang diangkat anak oleh orang tua angkat telah dinikahkan siri dengan seseorang.

"Yang melaporkan adalah orangtua kandung korban ke polisi. Saat itu orangtua kandung korban mendengar anaknya dinikahkan dengan orang yang sudah tua," kata Imam.

Suryadi, Ketua RT 2, dan Paeno, Kepala Dusun Krajan Desa Siliragung lalu mendatangi rumah korban untuk melakukan klarifikasi pernikahan anak di bawah umur tersebut. WD, diduga mempelai laki-laki yang juga hadir mengaku jika ia sudah menikah siri dengan korban.

"Mempelai laki-laki mengakui sudah dinikahkan oleh modin di depan orang tua angkat. Mengetahui hal ini kedua orang tua kandung tidak terima dan melaporkan kasus ini ke polisi," tambah Imam.

"Yang dilaporkan adalah orangtua angkat dan mempelai prianya. Karena mereka telah lalai. Ini anak masih kecil kok dinikahi dan dinikahkan. Padahal harus ada walinya," lanjut Imam.

Imam menyebut pernikahan tak wajar itu digelar 4 minggu lalu. Warga juga curiga, selama 4 minggu ini, mempelai pria sering mendatangi rumah ibu angkat korban. Bahkan sesekali menginap di sana.

"Sudah 4 minggu pernikahan siri anak di bawah umur ini terjadi. Ketua RT dan Kadus sudah melakukan klarifikasi ternyata memang benar adanya," tambah Imam.

Yang membikin kaget lagi, mempelai pria, NW, ternyata adalah seorang pria beristri. Tak hanya satu, WD bahkan sudah mempunyai 3 istri. Sugiyanto (49), paman korban mengaku mengenal dengan baik mempelai pria dari pernikahan siri anak di bawah umur ini. Dirinya mengetahui jika WN sudah memiliki istri 3.

"Istrinya tiga. Kok ya masih tega nambah lagi. Apalagi anaknya masih di bawah umur," ujar Sugiyanto.

Korban sejak usia 6 tahun diangkat sebagai anak oleh kakak kandung dari sang ayah. Sejak itulah korban dirawat oleh kedua orang tua angkat yang tak dikaruniai anak itu.

Polisi menetapkan mempelai pria berinisial NW (40) sebagai tersangka. NW adalah pria 40 tahun yang telah menikahi secara siri anak usia 12 tahun di Banyuwangi. Dari pengakuan warga, korban sering kali mengalami sakit. Sementara NW yang merupakan teman ibu angkat korban sering membantu pengobatan dan biaya sekolah korban.

"Jadi korban diambil anak oleh kakak kandung ayahnya. Namun di tengah merawat itu, bapak angkat korban meninggal dunia. Hingga akhirnya korban diasuh ibu angkat yang tak punya penghasilan, dan akhirnya ya kekurangan," ujar Sugiyanto.

Hingga akhirnya, korban yang masih berusia 12 tahun dinikahkan siri dengan pelaku. Diduga, pernikahan anak 12 tahun itu dikarenakan balas budi ibu angkat korban karena pelaku sering direpotkan dengan masalah keuangan.

"Alasannya ya sering membantu korban akhirnya dinikahkan siri. Keluarga yang lain marah hingga lapor polisi," pungkasnya.

Kasatreskrim Polresta Banyuwangi M Solikin Fery mengatakan pihaknya sudah melakukan pemeriksaan terhadap korban dan sejumlah saksi atas laporan dugaan pernikahan dini tersebut. Hingga akhirnya, NW sang mempelai pria yang sudah punya 3 istri ini ditetapkan sebagai tersangka.

"Kita tetapkan sebagai tersangka (mempelai pria) dalam kasus persetubuhan anak di bawah umur. Ini sesuai dengan pemeriksaan saksi-saksi," ujarnya kepada detikcom, Rabu (14/7/2020).

Tersangka, kata Fery, dijerat pasal 81 atau pasal 82 UU RI No. 17 tahun 2016 tentang perlindungan anak dengan ancaman hukuman minimal 5 tahun dan maksimal 15 tahun penjara.

Halaman 2 dari 3
(fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.