Machfud menceritakan di masa akhir-akhir kampanye ini, dirinya mendapat serangan isu bahwa dirinya intoleran dan radikal. Dengan latar belakang jendral kepolisian, Machfud merasa hal tersebut sangat tidak benar.
"Kami melakukan penguatan dengan tokoh lintas agama, kami sudah biasa bersilaturahmi. Bukan hal lain. Kalau saya dibuat framing intoleransi, gak mungkin. Saya kapolda 3 kali, menjaga keutuhan itu jadi hal yang wajib, NKRI harga mati. Radikal itu musuh saya sejak dulu. Ya sekarang yang menentukan tanggal 9 nanti adalah rakyat," imbuhnya.
Machfud juga berterima kasih kepada para relawan, pendukung, parpol pengusung, tokoh agama hingga seluruh warga Surabaya atas kerja samanya selama masa kampanye Pilkada 2020 ini.
"Saya berterima kasih kepada semuanya. Para pekerja, semuanya. Relawan saya, tokoh agama. Saya minta maaf bila ada tutur kata yang kurang berkenan," terangnya.
"Tidak ada yang lebih utama dari pembangunan Surabaya kecuali kesejahteraan warga harus di atas semuanya. Keadilan sosial bagi warga Surabaya. Kami ada di sini semata-mata atas dorongan tokoh Surabaya dan masyarakat Surabaya. Izinkan kami, bila terpilih untuk melayani warga Surabaya," pungkasnya.
(fat/fat)