Bambang mengatakan, ada 6 lembaga pengembangan vaksin yang berupaya menyelesaikan bibit vaksin merah putih. Yaitu Platform Ekman, ITB, LIPI, UI, Unair dan UGM.
"Saya apresiasi kolaborasi antarbidang ini. Selain kolaborasi dengan BIOTIS dan RS. Kolaborasi menurut saya sangat urgent, karena untuk pengembangan vaksin tidak mungkin dilakukan oleh satu bidang ilmu atau satu individu. Bahwa perjalanan dalam pengembangan vaksin sikuennya harus mulus," jelasnya.
Kendala dalam pembuatan vaksin di Indonesia ini ialah waktu. Menristek pun menegaskan kepada Unair untuk lebih memperhatikan pengembangan vaksin merah putih.
"Jadi memang mau tidak mau, suka tidak suka, manajemen waktu tolong diperhatikan dalam pengembangan vaksin di Unair dan ini menjadi perhatian dari pihak RS, Unair, BIOTIS. Saya tidak masalah siapa yang menghasilkan vaksin, terpenting vaksin merah putih sudah bisa muncul secepat mungkin. Silahkan lakukan yang terbaik," pungkasnya.
(sun/bdh)