Selama menjadi juru kunci makam Mbah Jaelani, diakuinya banyak peziarah yang mengambil air dari sumur yang berada di depan makam. Menurut pengakuan para peziarah, itu untuk pengobatan keluarganya yang sedang sakit.
Diceritakan oleh Zainul, semasa hidupnya Mbah Jaelani mondok di Pondok Pesantren Siwalan Panji Buduran, Sidoarjo. Belum selesai menempuh pendidikan agama, Mbah Jaelani disuruh pulang. Konon, terlihat cahaya karomah memancar di diri Mbah Jaelani.
"Selain itu di masa hidupnya saat malam Jumat Legi dipastikan beliau ini rutin ziarah ke makam Sunan Ampel. Tapi beliau jalan kaki dari Tulangan ke Surabaya tapi waktunya tidak ada satu jam," Zainul menambahkan.
"Malam Jumat Legi pada saat menjelang Bulan Ramadhan yakni Bulan Ruwah, peziarah di makam ini mencapai ribuan orang dari berbagai kota," sambungnya.
Yang sering ziarah di makam Mbah Jaelani kebanyakan orang tua. Namun saat detikcom di lolasi, banyak anak-anak yang juga berziarah. Mereka di antaranya Oktavino Dio R (13), Rafael Putra A (12), M Syahrul Aulia R (14) dan Rafisqy Alfarizy (9).
"Kami berempat setiap hari selalu salat berjemaah khususnya waktu duhur. Karena Mbah Jaelani semasa hidupnya tergolong ulama besar, semoga kami berempat ini seperti beliau," kata M Syahrul.
Hal yang sama disampaikan Agung Pambudi (49), peziarah dari Sidoarjo. Ia mengatakan, dalam satu minggu ziarah tiga kali ke makam Mbah Jaelani.
"Kami berdoa di makam Mbah Jaelani ini, semoga Allah selalu memberikan kesehatan dan diselamatkan dari ancaman virus Corona," pungkas Agung.
(sun/bdh)