Warga Bojonegoro Yakini Larangan Naik Gunung Lawu Hanya Mitos, Asal...

Warga Bojonegoro Yakini Larangan Naik Gunung Lawu Hanya Mitos, Asal...

Ainur Rofiq - detikNews
Jumat, 13 Nov 2020 11:16 WIB
warga bojonegoro mendaki di gunung lawu
Warga Bojonegoro mencapai puncak Lawu (Foto: Istimewa)
Bojonegoro -

Akun @pendakiindonesia memposting soal mitos warga Bojonegoro dan Cepu 'dilarang' naik ke Gunung Lawu, yang viral di medsos. Jika mitos larangan itu dilanggar akan mendapat musibah.

Bagi pendaki gunung asal Bojonegoro, itu hanya sebuah mitos. Yang terpenting tiap pendaki tidak mengganggu penunggu yang tidak terlihat.

Salah satunya Diyah (25). Perempuan asal Bojonegoro yang hobi mendaki gunung ini mengaku pernah berada di puncak Gunung Lawu tahun 2005 lalu. Dirinya mengaku tidak merasakan sesuatu yang mistik saat berjalan mendaki hingga turun dari Gunung Lawu.

"Saya pernah sampai puncak Gunung Lawu bersama teman-teman. Saya asli Kecamatan Kanor Bojonegoro. Malah teman saya yang dari luar pulau waktu itu kuliahnya di Malang, sampai di atas itu sempat pingsan dan nyaris kesurupan saat turun lewat Cemoro Sewu," tutur Diah saat berbincang-bincang dengan detikcom, Jumat (13/11/2020).

Perempuan bernama lengkap Rodhiyatul Islamiyah ini membutuhkan waktu 3 hari 2 malam untuk mencapai puncak Gunung Lawu hingga turun. Yang terpenting baginya, dia tidak merusak alam. Begitu pun saat naik gunung bersama teman-temannya, dirinya kerap berpesan agar jangan sekali-kali merusak alam.

"Menurutku sih hanya sekedar mitos ya, pokoknya kalau mendaki gunung intinya jangan aneh-aneh. Jangan merusak apalagi mengganggu penjaga gunung yang tak terlihat. Gunung sekarang juga kebanyakan malah dibuat wisata, jadi banyak peminat ingin mendaki," tambahnya.

Diyah yang tergabung dalam klub pendaki Watu Alam ini berasal dari beberapa daerah. Di antaranya Kediri, Situbondo, Mojokerto, Lamongan, Sidoarjo, lumajang, Madura. Dirinya juga pernah menaklukkan Gunung Merapi, Slamet, Welirang, Penanggungan, Papandayan, Wilis, Ranukumbolo, Pundak, Ijen hingga Batur Bali.

"Yang terpenting berdoa dan tidak merusak alam, semua akan lancar dan selamat," tandasnya.

Postingan yang diunggah @pendakiindonesia soal mitos warga Bojonegoro dan Cepu 'dilarang' naik ke Gunung Lawu, santer diperbincangkan. Postingan yang diunggah Rabu (11/11/2020) mendapat ratusan komentar dan disukai ribuan netizen.

warga bojonegoro mendaki di gunung lawuWarga Bojonegoro mendaki di Gunung Lawu/ Foto: Istimewa

Jika mitos larangan itu dilanggar akan mendapat musibah. Isi caption postingan "Warga Bojonegoro dan Cepu 'dilarang' naik ke Gunung Lawu" tertulis:

Yakinlah tathayyur tidak memberikan mudharat sama sekali
Adanya pertanda-pertanda tersebut (mata berkedut, burung gagak, dll) sama sekali tidak memberikan mudharat sama sekali.

Maka tidak perlu takut atau khawatir ketika melihat pertanda-pertanda tersebut, karena tidak ada pengaruhnya sama sekali. Dan bertawakkal hanya kepada Allah. Inilah solusi dari tathayyur yang muncul dalam hati.

Sebagian netizen komentar mengharapkan mitos warga Bojonegoro dan Cepu 'dilarang' naik Gunung Lawu itu tidak ada dan tidak mempercayai perihal tersebut. Bahkan ada yang menyebut berkali-kali ke mendaki Gunung Lawu tetap aman dan lancar hingga pulang.

Halaman 2 dari 2
(fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.