Sekolah-sekolah tersebut yakni SMP Negeri 1, 2, dan 3 Ponorogo. Lalu SMP 1 Jetis, SMP 1 Balong, SMP 1 Badegan, SMP 1 Pulung, dan SMP 1 Jenangan serta SMP Terpadu.
Waka Kesiswaan sekaligus Ketua Satgas COVID-19 SMP 1 Ponorogo, Ribut Subiantoro menjelaskan, pihaknya memilih secara acak siswa dan guru yang di-rapid tes.
"Per kelas ada satu siswa. Total ada 10 siswa. Kalau guru ada 8 orang, tiap mapel kita ambil satu. Total ada 18 orang," terang Ribut kepada wartawan, Jumat (6/11/2020).
Menurutnya, langkah ini penting untuk membuka kelas tatap muka, untuk rekomendasi gelombang kedua SMP-SMP lain. "Untuk pelaksanaan alhamdulillah sesuai dengan kehendak Dinas Pendidikan maupun Satgas Kecamatan maupun Kabupaten. Kita punya panduan untuk dipelajari. Di sekolah punya SOP juga. Jadi tidak khawatir," ujar Ribut.
Salah seorang siswa kelas 8, Dzaki Fawaza Aqila mengaku, awalnya takut saat ditunjuk untuk rapid test. Sebab, ini pertama kalinya dia melakukan rapid test.
"Alhamdulillah hasilnya non reaktif. Awalnya takut tapi nggak sakit," imbuh Dzaki.
Sementara Kepala Dinas Pendidikan Ponorogo, Endang Retno Wulandari menjelaskan, rapid test ini dilakukan secara sampling. Sebanyak 10 anak per sekolah dengan kelas yang berbeda.
"Kemudian untuk guru ini ada 8 guru untuk setiap sekolah. Total ada 72 guru. Serentak dilakukan hari ini semua," papar Retno.
Retno pun berharap, semua siswa dan guru non reaktif. Ke depan bakal ada 91 sekolah yang akan melakukan pembelajaran tatap muka.
"Ada hal-hal yang membuat kita nanti, membuat akhirnya mengevaluasi kembali terkait usulan kita yang tatap muka. Sebenarnya di sekolah saat ini sudah sangat tertib, ortu dan sekolah harus saling mendukung," pungkas Retno. (sun/bdh)