"Dari cerita yang saya buat, Sri Tanjung yang berhubungan dengan cikal bakal nama Banyuwangi itu dipercaya oleh masyarakat Banyuwangi, sebagai sosok wanita yang tidak hanya cantik, tapi wataknya dan kepribadiannya yang perlu dicontoh. Yaitu sopan, lembut, setia pada suami, taat, jujur, pemaaf dan berani berkorban demi membela kebenaran," lanjutnya.
Sebelumnya, cerita Sri Tanjung muncul dengan beberapa versi. Namun hanya dipenggal hingga Sidapaksa membunuh Sri Tanjung dan muncul air yang wangi.
Banyak versi cerita kisah Sri Tanjung. Cerita ini bermula saat seorang ksatria yang tampan dan gagah perkasa bernama Raden Sidapaksa. Ia mengabdi kepada Raja Sulakrama yang berkuasa di Negeri Sindurejo. Sidapaksa diutus mencari obat oleh raja kepada kakeknya, Bhagawan Tamba Petra, yang bertapa di pegunungan. Di sana ia bertemu dengan seorang gadis yang sangat ayu bernama Sri Tanjung. Sri Tanjung bukanlah gadis biasa, karena ibunya adalah bidadari yang turun ke bumi dan diperistri seorang manusia.
Raja Sulakrama diam-diam terpesona akan kecantikan Sri Tanjung. Sang Raja menyimpan hasrat untuk merebut Sri Tanjung dari tangan suaminya. Sehingga ia mencari siasat agar dapat memisahkan Sri Tanjung dari Sidapaksa. Sidapaksa pun diutus ke khayangan untuk mengirimkan surat ke para dewa.
Sepeninggal Sidapaksa, Sri Tanjung digoda oleh Raja Sulakrama. Sri Tanjung menolak, tetapi Sulakrama memaksa, memeluk Sri Tanjung dan hendak memperkosanya. Mendadak datang Sidapaksa yang menyaksikan istrinya berpelukan dengan sang raja.
Raja Sulakrama yang jahat dan licik, malah balik memfitnah Sri Tanjung dengan menuduhnya sebagai wanita sundal penggoda, yang mengajaknya untuk berbuat zina. Sidapaksa termakan hasutan sang raja dan mengira istrinya telah berselingkuh. Sehingga ia terbakar amarah dan kecemburuan.
Sri Tanjung pun dibawa ke telaga. Dengan penuh kesedihan Sri Tanjung bersumpah apabila dirinya sampai dibunuh, jika yang keluar bukan darah, melainkan air yang harum, maka itu merupakan bukti bahwa dia tak bersalah.
Akhirnya dengan garang Sidapaksa yang sudah gelap mata menikam Sri Tanjung dengan keris hingga tewas. Maka keajaiban pun terjadi, benarlah persumpahan Sri Tanjung, dari luka tikaman yang mengalir bukan darah segar melainkan air yang beraroma wangi harum semerbak. Konon air yang harum mewangi itu menjadi asal mula nama tempat tersebut, yang kemudian menjadi ibu kota kerajaan Blambangan. Dinamakan Banyuwangi yang bermakna 'air yang wangi'. Melihat hal tersebut, Raden Sidapaksa menyadari kekeliruannya dan menyesali perbuatannya.
(sun/bdh)