"Di Candi Sukuh di Jawa Tengah yang bercerita tentang ruwatan Sudamala (Saat Dewi Durga dibebaskan kutukan oleh Sahadewa, ayah Sri Tanjung)," urainya.
Tidak hanya candi, ia juga mendatangi dan berdiskusi dengan peneliti Jerman, Lydia Keiven, yang meneliti di candi-candi yang bercerita tentang kisah Panji dan Bangsawan Bertopi. Serta kisah Sri Tanjung dan Sidapaksa yang melahirkan nama Banyuwangi.
"Kisah Sri Tanjung Sidapaksa dianggapnya bukan cerita Panji dan bangsawan bertopi," imbuhnya.
Cerita Sri Tanjung ada pada sumber lain yaitu dari naskah kuno Kidung Sri Tanjung yang berupa 'Tembang Cilik'. Terdiri pupuh "Wukir, Mijil, Durmo dan Mahesa Langit' di GT Pegeaut dalam Literature of Java: Catalogue Raisonne of Javanese Manuscript in the Library of University of Leiden.
"Kisah ini belum populer yang berdasar kidung Sri Tanjung yang berisi bahwa Sri Tanjung adalah anak Sahadewa. Ia cucu Begawan Tamba Petra. Ia dibunuh oleh suaminya sendiri Sidapaksa karena fitnah keji dari rajanya Prabu Sulahkromo," lanjutnya.
"Kidung Sri Tanjung juga menjelaskan, bahwa darah wangi Sri Tanjung membuktikan kesuciannya, kebenaran, ketulusan dan kejujurannya," pungkasnya.
(sun/bdh)