Selain itu, Agus menyebut di Blitar juga terjadi pembiaran pertambangan pasir hingga rusaknya akses menuju desa.
"Kita bekerja keras untuk memutus mata rantai, namun di Blitar ini ada kegiatan yang justru dibiarkan gitu. Kayak pertambangan pasir bebas, sabung ayam bebas, tidak ada teguran," kata Agus.
Agus menambahkan ada lima kecamatan di Blitar yang diketahui menjadi lokasi sabung ayam.
"Tambang pasir di daerah Kali Putih Kecamatan Garung dan Gandusari. Pertambangan pasir, ada 20 backhoe di sana. Hancur jalan desa saya. Sabung ayam saya minta ditutup semua. Ada lima tempat di Blitar," kata Agus.
Agus sadar keputusannya mengundurkan diri memang berat, tetapi dia mantap. Agus menambahkan hatinya tidak bisa menerima perlakuan arogansi Kapolres kepada anak buahnya. Agus mengakui, dalam bertugas, memang setiap polisi tidak selalu sempurna. Namun dia tidak terima atas setiap umpatan kasar yang dilontarkan kepadanya dan anggota lain.
"Alasan saya mengundurkan diri karena saya tidak terima, hati saya tidak bisa menerima selaku manusia dengan arogansi Kapolres saya. Sebenarnya ini akumulasi dari senior saya. Akumulasi kasat yang lain," imbuhnya.
"Namanya manusia tentu ada kelebihan dan kekurangan. Setiap beliau marah, ada yang tidak cocok, itu maki-makian kasar yang diucapkan. Mohon maaf, kadang sampai menyebut binatang, bajingan, dan lain-lain. Yang terakhir, sama saya sebenarnya tidak separah itu. Hanya mengatakan bencong, tidak berguna, banci, lemah, dan lain-lain," tandas Agus.
(iwd/iwd)