"Jadi semacam travelling, prosesi yang dikemas sekalian dengan pemaketannya. Paket panjangnya mungkin kunjungan yang dua hari, atau setengah hari dan seterusnya," ungkap Dwi yang juga dosen di Universitas Negeri Malang ini.
Untuk itu, imbuh Dwi, diperlukan perencanaan yang matang serta pelatihan kepada desa-desa di mana jejak-jejak sejarah tersebut ada. "Menurut saya persiapan itu ada 2, persiapan yang berbentuk material seperti fasilitas fisik dan non fisik, di mana keduanya mustinya berjalan simultan," terang Dwi.
Seperti diketahui, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Lamongan memastikan ekskavasi lanjutan terhadap Situs Patakan akan dilakukan kembali. Bahkan, Disparbud juga berencana menjadikan Situs Candi Patakan ini sebagai lokasi wisata budaya.
"Ke depan ekskavasi akan dilanjutkan dan kami juga berkeinginan untuk menjadikan Situs Candi Patakan ini menjadi salah satu destinasi wisata budaya di Lamongan.
Situs Candi Patakan yang berada di Dusun Montor, Desa Patakan, Kecamatan Sambeng ditemukan pada tahun 2013. Tahun ini masuk proses ekskavasi tahap 4. Situs Patakan merupakan kompleks bangunan dengan luas 5.112 meter yang dibatasi oleh dinding keliling yang membentuk denah persegi empat dengan ukuran 72 m x 71 m.
Situs Patakan kemungkinan besar berasal dari abad 10-11 Masehi, dan berlangsung hingga masa Majapahit. Hal ini juga dibuktikan dengan ditemukannya fragmen porcelain dari Dinasti Song pada abad 10-13 masehi. Selain itu, dari ekskavasi di lokasi ini, ada temuan mata uang China dari Dinasti Song dan Dinasti Ming abad 14-17 Masehi.
(sun/bdh)