"Mengenali potensi kita masing-masing itu penting. Sawit butuh pupuk dolomit, nah Jatim punya banyak. Jadi yang dari Maluku, Kaltim maupun Sulsel bisa ke Jatim bawa CPO, lalu baliknya bawa dolomit, tentu ini potensi. Karena selama ini yang di Medan di Pekanbaru itu hundred percent selama ini impor," tegas Khofifah.
Dalam misi dagang ini, pelaku usaha dari Jatim yang berpartisipasi ada sebanyak 70 pengusaha. Sedangkan pelaku usaha dari Kaltim, Sulut maupun Maluku yang ikut Misi Dagang secara virtual masing-masing ada sebanyak 15 orang pengusaha. Meski virtual, interaksi antar pengusaha tidak dibatasi. Mereka tetap bisa berinteraksi antar pelaku usaha.
"Tentu Misi Dagang ini sebagai pemantik saja. Kita berharap setelah kegiatan ini, transaksi dan interaksi antar pelaku usaha bisa terus terjalin," terang Khofifah.
Sementara Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Jatim Drajat Irawan mengatakan misi dagang Jatim ini pertama kali digelar secara hybrid. Ia optimistis bahwa misi dagang dengan metode ini tidak akan menurunkan transaksi.
"Hasil transaksi bisa dilihat nanti malam setelah misi dagang ditutup. Kita berharap agar transaksi dalam jumlah besar bisa terjadi melalui forum ini," kata Drajat.
Dirut Bank Jatim Busrul Iman mengatakan kegiatan ini adalah bentuk upaya menjalin sinergi dengan berbagai pihak. Mulai pemerintah provinsi, dan juga dinas terkait untuk mengembangkan potensi UMKM Jatim.
"Kami sebagai bank daerah punya kewajibkan untuk berkontrisubsi dalam mengembangkan ekonomi di Jatim, caranya banyak, salah satunya dengan misi dagang ini, supaya ada koneksi dan sinergitas yang kuat antara pelaku usaha, pemerintah dan bank daerah. Misi Dagang ini sama sama menguntungkan masing-masing pihak," pungkas Busrul.
(fat/fat)