"Kami mau pasang wifi, petugasnya datang ke sini, tapi petugasnya tidak bisa menjamin bisa terkoneksi 100 persen. Sementara biayanya mahal, dulu itu sebulan Rp 200 ribu. Sehingga tidak jadi pasang wifi," jelasnya.
Untuk itu, Surati memberi kelonggaran waktu mengerjakan tugas bagi siswa kelas 5 dan 6. "Karena harus cari sinyal dulu ke makam. Tugas hari ini baru besok bisa dikumpulkan," tambahnya.
Sementara pembelajaran bagi siswa kelas 1 dan 2, kata Surati, dilakukan dengan teknik luring atau di luar jaringan. Artinya, para guru mata pelajaran datang ke rumah siswa untuk memberikan tugas secara langsung. Baru keesokan harinya, orang tua siswa mengumpulkan tugas anak-anaknya ke sekolah.
"Karena anak-anak kelas 1 dan 2 banyak yang tidak bisa mengoperasikan ponsel pintar. Para orang tua mereka juga awam, mohon maaf, karena orang desa," ungkapnya.
Surati berharap, pandemi COVID-19 segera berakhir. Sehingga semua siswa SDN Sumberaji 2 bisa belajar di sekolah seperti sedia kala.
"Saya dan teman-teman berdoa semoga pandemi ini segera berakhir, biar anak-anak bisa belajar maksimal sesuai yang ada di kurikulum itu," pungkasnya.
(sun/bdh)