Rushdy menambahkan, hadir juga tentara PETA berpangkat paling rendah Sudancho, yang berdiri di depan Soekarno. Di antaranya Sudancho Latief Hendraningrat yang berperan sebagai pengibar Bendera Merah Putih.
Beberapa serdadu PETA lainnya bertugas menjaga sebuah kamar di rumah Pegangsaan Timur 56, di luar halaman rumah dan sekitar rel kereta api dekat lokasi pembacaan teks Proklamasi.
Ketika Yapeta menggelar rekonstruksi peristiwa Rengasdengklok pada 1995, Rusdhy mengaku dilibatkan untuk mengumpulkan fakta-fakta sejarah itu. Dia mengaku, masih bertemu dengan para pelaku sejarah Rengasdengklok di antaranya Sudancho Oemar Bahsan dan Kemal Idris.
"Mereka mengaku bertemu dr Soetjipto saat pembacaan teks Proklamasi itu. Bahkan Oemar Bahsan itu menulis secara rinci peristiwa Rengasdengklok. Menurut mereka, dr Soetijipto memang bukan tokoh sentral Proklamasi. Tapi terlibat langsung dalam pengamanan Rengasdengklok dan pembacaan teks Proklamasi di Pegangsaan Timur itu," kata pria berusia 75 tahun itu.
Beberapa media nasional menulis, dr Soetijpto meninggal pada 5 Mei 1980. Jenazahnya dimakamkan di Blitar, tepatnya di Pesanggrahan Djojidigdan Jalan Melati 43 Kota Blitar.
"Iya benar. Dokter Soetijpto dimakamkan di Kota Blitar. Saya sering ke sana, sekalian ke Makam Bung Karno," pungkasnya.
(sun/bdh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini