Reni berpandangan PSBB Surabaya jilid III harus dijalankan berbekal analisis dan evaluasi detail mendalam pada PSBB jilid I dan II. Menurutnya, jika implementasinya tidak beda dengan jilid I dan II, dikhawatirkan warga akan apatis dan akhirnya cuek. Tentu ini akan menjadi kendala penanganan COVID-19.
"Karena keterlibatan dan disiplin warga merupakan faktor yang sangat penting. Hakikatnya, warga akan manut jika ada edukasi, pengayoman, dan penegakan yang jelas dan konsisten," ujar Reni.
"Mengharmoniskan aspek utama, yaitu kesehatan, sosial, dan ekonomi, memang bukan hal yang mudah, perlu kerja keras dan terpadu. Juga perlunya sinergi penanganan dengan berbagai pihak serta support Pemerintah Provinsi dan pemerintah pusat," lanjut Reni.
Reni juga menyarankan, untuk memutus mata rantai penyebaran COVID-19 di Surabaya. Kewajiban pemerintah melakukan tracing secara detail menyeluruh sebagai dasar rapid test dan swab secara masif.
Reni menambahkan melibatkan RW melalui Kampung Wani (Berita) COVID-19 perlu diapresiasi. Namun bukan berarti pengalihan tanggung jawab pelaksanaan tugas gugus COVID-19. Menurutnya, RW hanya membantu. Arahan dan tugas-tugas penanganan tetap menjadi tanggung jawab pemerintah.
"PSBB yang sudah membawa dampak pada sektor sosial dan ekonomi harus benar mampu mengendalikan laju penyebaran COVID-19. Transparansi atas upaya yang sudah dilakukan pemkot juga penting untuk makin menguatkan kesadaran kolektif warga kota agar makin semangat bersama mengendalikan penyebaran COVID-19. Semoga PSBB tak lagi berjilid-jilid. Jilid III terakhir dan happy ending," tandas Reni.
(fat/fat)