"Kurang lebih dua sampai tiga minggu. Sampai begadang untuk menyelesaikan. Item-nya gak ada yang susah dicari masih bisa di dapat di toko elektronik," kata Indra Stata (21), mahasiswa semester empat jurusan teknik elektrik.
Indra menjelaskan, pembuatan swab chamber termotivasi oleh perawat. Sebab mereka dianggap sebagai garda terdepan untuk penanganan pasien yang terinfeksi corona.
"Atas kemanusiaan, kita membantu masyarakat Indonesia agar terhindar dan gak ada wabah virus yang menularkan ke dokter maupun perawat," jelasnya.
Ada tujuh mahasiswa yang membuat alat tersebut. Mereka didampingi enam dosen dan rektor. Sedangkan kendalanya ada di pipa penyemprotan.
"Kendalanya kita belum memasang secara lengkap pipanya untuk menyemprot sarung tangan, kalau sekarang pakai selang," pungkasnya.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini bercerita, ia pernah melakukan swab mulut dan hidung. Adanya swab chamber pasien dan nakes tidak perlu kontak langsung sehingga risiko terpapar terbilang kecil.
"Aku kemarin sudah di swab jadi tahu, ini kan diperiksa mulut sama hidung jadi muka nggak perlu ketemu, karena bahaya bisa nular kalau pasiennya positif. Mangkanya dilakukan dengan swab chamber untuk memeriksa mulutnya. Jadi aku sudah ngalami jadi aku tahu," ceritanya.
"Jadi muka nggak ketemu, waktu meriksa aku kemarin ketemu dan berhadap-hadapan. Kalau ini enggak dan risiko untuk tenaga medis berkurang," pungkasnya.
(sun/bdh)