"Saya sependapat, sudahlah sebaiknya memakai salam sendiri benar kita saling menghormati tidak perlu mengikuti. Bagiku agamaku, bagimu agamamu. Kita menghormati salam mereka tanpa harus mengikuti mengucapkan salam mereka," terangnya.
"Saya sendiri anggota FKUB (Forum Kerukunan antar Umat Beragama) juga. Saya tidak pernah memang dan sejak dulu belum berani mengatakan salam dari setiap agama seperti itu," ungkap Kiai Syafruddin.
Saat ditanya apakah mengucapkan salam pembuia seperti selamat siang dan malam boleh? Kiai Syafruddin tidak mempermasalahkannya. Karena salam tersebut merupakan kehormatan dan tidak menyebut nama Tuhan agama lain.
"Kalau selamat siang dan selamat malam itu bukan salam dari setiap agama. Itu salam kehormatan dan budaya ndak apa-apa itu. Itu kan tidak menyebut Tuhan siapapun. Hanya mendoakan supaya selamat di malam ini, di siang itu," tegasnya.
"Kalau namo budaya om swastiastu itu sudah ada ungkapan sendiri dari agama masing-masing. Tetapi kita tidak perlu menirukan," tambah Kiai Syafruddin.
Sebelumnya, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur mengimbau para pejabat tak memakai salam pembuka semua agama saat sambutan resmi. Imbauan ini terlampir dalam surat bernomor 110/MUI/JTM/2019 yang diteken Ketua MUI Jatim KH. Abdusshomad Buchori.
(iwd/iwd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini