Hingga kini jenazah suaminya, Moejiono, belum ditemukan atau bisa juga belum teridentifikasi. Pencarian korban seharusnya berakhir, namun ada perpanjangan masa pencarian selama tiga hari yang dilakukan Basarnas.
"Kami sangat mengapresiasi tim Basarnas dalam pencarian korban pesawat Lion Air yang jatuh di Karawang Jawa Barat. Dengan adanya penambahan masa waktu pencarian kami bersyukur. Semoga suami segera ditemukan," kata Mardiem kepada detikcom dirumah duka di Dusun Ambeng-Ambeng, Desa Ngingas, Waru, Sidoarjo, Kamis (8/11/2018).
"Kami berharap suami saya segera ditemukan, apapun bentuknya akan segera kami bawa pulang," harap Mardiem.
Mardiem mengatakan suaminya sempat beristirahat lama dan tidak melakukan aktivitas pekerjaan selama delapan bulan dikarenakan sakit. Sakitnya mulai 22 Oktober 2017 hingga 23 Juli 2018. Namun badan suaminya tetap tegap seperti orang yang tidak sakit.
"Diduga penyakit itu gejala infeksi paru-paru dan TBC, setelah sembuh badannya langsung sehat dan bekerja seperti biasanya," Mardiem.
Moejiono merupakan pegawai PT Asuransi Harta Aman Pratama yang berdinas di Jakarta. Moejiono ke Pangkalpinang dalam rangka menjalankan tugas sebagai tim audit investigasi.
Moejiono meninggalkan seorang istri dan tiga anak. Anak pertama, Indah Juliana Purwaningtias (33) yang kedua M. Fajar Ardiono Putro (31), dan yang ketiga, Rachma Putri Nariswari (19) yang masih kuliah di universitas Airlangga Surabaya.
Hingga kini telah ada 187 kantung mayat yang telah dikirim ke Rumah sakit Polri. Dari jumlah itu sebanyak 85 korban Lion Air JT 610 telah teridentifikasi.
Simak Juga 'Dear Pak Jokowi dari Keluarga Korban Lion Air':
(iwd/iwd)