Warga sendiri mengaku sudah lama mengenal masing-masing kandidat, bahkan meski wajah keduanya bisa dikatakan hampir mirip karena sama-sama memiliki kumis.
"Namanya sama memang, tapi kami mengenal satu sama lain dan kebetulan memang maju Pilkades. Soal memilih mana, nanti saja diputuskan saat pencoblosan," ujar salah satu warga, Sutoyo (46) saat berbincang dengan detikcom, Sabtu (27/10/2018).
Kendati demikian Sutoyo mengatakan ia bukanlah pendukung utama dari salah satu calon. Namun bila ditanya yang mana yang lebih dikenal, ia mengaku lebih kenal Djumain nomor urut 2 yang pernah menjabat sebagai kepala desa setempat.
"Pak Djumain pakai blangkon tentunya sangat dikenali, karena mantan kepala desa," tuturnya.
Hal senada juga disampaikan Harianti (50). Ibu rumah tangga ini mengaku tak begitu mempersoalkan nama kedua kandidat yang sama.
"Lha wong semua pasti kenal ta mas, yang maju kepala desa. Satu Pak Djumain orang Kedumonggo, satu Pak Djumain mantan kepala desa. Wajahnya juga pasti masing-masing hafal," tuturnya.
Ditambahkan Harianti, selama ini kedua kandidat juga tergolong sebagai warga yang aktif dalam berbagai kegiatan kampung maupun desa. Keduanya juga sama-sama dikenal baik dan memiliki kepedulian tinggi terhadap Desa Karangpandan.
"Semua baik, aktif untuk kegiatan. Pak Djumain mantan Kades buka toko, yang satunya pedagang," bebernya.
Sekretaris Panitia Pilkades Karangpandan Kun Pancaya menyatakan desanya memang memiliki keunikan tersendiri dibandingkan desa lain di Kabupaten Malang yang sama-sama menggelar Pilkades serentak 11 Nopember mendatang.
"Disini multikultur dan karakteristik masyarakatnya beda. Kedua calon sama-sama memiliki pendukung kuat dan banyak. Urut 1 blantik sapi dan urut 2 adalah mantan Kades Karangpandan," paparnya terpisah.
Menariknya, kedua kandidat dikabarkan juga telah sepakat untuk menjaga kondusivitas proses Pilkades dengan memilih tidak berkampanye meski telah diberi kewenangan.
Mengacu kepada aturan tahapan Pilkades Karangpandan, kedua kandidat mendapatkan jatah waktu untuk berkampanye, yaitu pada tanggal 5-7 November 2018 mendatang.
"Jadi tiga hari itu untuk kampanye, tetapi kedua calon sepakat tidak menggelar kampanye, agar tetap menjaga situasi yang aman serta damai. Jarang memang ditemui seperti sekarang ini, jika biasanya menjelang pelaksanaan Pilkades selalu ramai hiruk pikuknya nyata terlihat," tutupnya. (lll/lll)











































