"Ada dua sesar, yang pertama sesar Surabaya yang patahannya mulai kawasan Keputih hingga Cerme. Sesar kedua disebut sesar Waru yang patahannya mulai dari Rungkut hingga Jombang," kata pakar kebumian dan bencana dari Institut Teknologi 10 November Surabaya (ITS) Dr Amien Widodo saat dikonfirmasi detikcom, November 2017.
Amien menambahkan studi tentang keberadaan dua sesar itu diterbitkan pada awal September 2017 oleh Pusat Gempa Nasional di bawah Kementerian PUPR.
Setahun berlalu, ketika gempa yang melanda Donggala namun mengakibatkan tsunami di Palu, Sulawesi Tengah, wacana tentang adanya dua sesar aktif di Kota Surabaya itu pun mengemuka kembali.
Ketika dikonfirmasi tentang hal ini, Wali Kota Tri Rismaharini mengaku akan berkoordinasi dengan akademisi untuk memastikannya.
"Sebenarnya bukan deteksi, tapi saya percaya studi itu," kata Risma di Balai Kota Surabaya, Selasa (16/10/2018).
Selama ini, pihaknya juga terus melakukan pantauan melalui koordinasi dengan BMKG untuk masalah bencana dan cuaca. "Kita saat ini sudah mempunyai tim khusus untuk Surabaya dengan BMKG, tapi kembali saya akan koordinasi lagi dengan akademisi dan ahli," tambah Risma.
Dari hasil kajian para ahli, Risma juga mengungkapkan ada sejumlah upaya antisipasi yang akan diterapkannya, seperti memperbanyak sumur-sumur di lokasi yang dilalui patahan aktif dan menambah hutan serta taman kota.
"Itu kata ahlinya, kita akan ikuti itu termasuk dengan cara alamiah seperti lingkungan. Mereka bilang diantisipasi dengan membuat banyak sumur-sumur, taman, bikin embung (waduk) sebagai salah satu upaya untuk itu," ungkapnya.
Potensi tsunami juga tak luput dari perhatian Risma. Ia mengaku telah memerintahkan untuk memperbanyak tanaman mangrove dan cemara udang di bibir pantai.
"Kita punya mangrove untuk cegah tsunami. Makanya saya tidak mau kecolongan. Kalau berbatasan dengan laut 500 meter, di Surabaya lebih dari 500 meter sudah 1 km kita juga buat tanggul dan tanami mangrove," jelas Risma.
Cara ini diakui Risma dicontoh dari Thailand. "Di Kenjeran dan sepanjang pantai timur kita tanami cemara udang. Yang tidak mungkin ditanami mangrove, kita tanami cemara udang. Karena saya tahu persis itu bisa cegah itu (tsunami). Saat saya di Pucket, Thailand itu ternyata juga efektif tangkal tsunami," tambah Risma.
Kendati demikian, Risma meminta warganya untuk tetap tenang saat wacana adanya sesar itu muncul lagi. Ia juga berharap warga Kota Surabaya tidak menyebarkan kabar-kabar tentang potensi gempa yang belum tentu kebenarannya.
"Kami saat ini akan berkoordinasi intens dengan ahli, akademi dan pihak terkait," tegasnya.
Dalam kesempatan terpisah, Gubernur Soekarwo memilih enggan berkomentar terkait studi tersebut karena dikhawatirkan akan menimbulkan keresahan di masyarakat.
Pria yang akrab disapa Pakdhe Karwo itu mengaku pernah bertemu dengan dosen yang rumahnya di sekitar ITS Surabaya, di mana daerah itu kabarnya dilewati patahan. Pakdhe Karwo menyebut dosen tersebut menjadi gelisah atas kabar yang beredar.
"Tadi ada dosen-dosen dari perumahan di sekitar ITS, mereka bilang 'loh itu kan di sebelah rumah saya' jadi gelisah dia," paparnya.
Ia menambahkan studi tentang dua sesar itu belum diteliti lebih lanjut. Sembari menunggu, ia pun meminta agar isu itu tidak dibesar-besarkan. Namun pihaknya mengaku siap jika sewaktu-waktu terjadi bencana, baik di Surabaya maupun wilayah lain di Jatim.
"Pokoknya kita siap aja," pungkasnya.
Saksikan juga video 'Langkah-langkah Jika Terjadi Gempa Bumi':
(lll/lll)