"Sebenarnya bukan deteksi, tapi saya percaya studi itu," kata Risma di Balai Kota Surabaya, Selasa (16/10/2018).
Untuk itu, ujar Risma, pemkot akan berkoordinasi dengan pihak terkait untuk membahas studi 2 patahan aktif yang melewati Kota Surabaya.
"Selama ini kami sudah bekerjasama dengan BMKG. Ke depan saya juga akan koordinasi dengan ahlinya untuk memastikan dua patahan yang melalui Surabaya," ungkapnya.
Pemkot Surabaya, tambah Risma, terus berkoordinasi dengan BMKG untuk masalah bencana dan cuaca. "Kita saat ini sudah mempunyai tim khusus untuk Surabaya dengan BMKG, tapi kembali saya akan koordinasi lagi dengan akademisi dan ahli," tambah Risma.
Diberitakan sebelumnya, Pakar Kebumian dan bencana dari Institut Teknologi 10 November Surabaya (ITS), pernah memaparkan jika Kota Surabaya dilewati dua sesar aktif atau patahan yang bisa menimbulkan potensi gempa darat. Jika terjadi gempa, skalanya bisa mencapai 6,5 skala richter (SR).
"Ada dua sesar, yang pertama sesar Surabaya yang patahannya mulai kawasan Keputih hingga Cerme. Sesar kedua disebut sesar Waru yang patahannya mulai dari Rungkut hingga Jombang," kata Pakar Kebumian dan bencana dari Institut Teknologi 10 November Surabaya (ITS) Dr Amien Widodo saat dikonfirmasi detikcom, Rabu (8/11/2017) silam.
Menurut Amien, dua sesar atau patahan ini diterbitkan awal September lalu oleh Pusat gempa Nasional di bawah Kementerian PUPR.
Oleh karena itu, ia mengimbau kepada Pemerintah Kota Surabaya dan Pemprov Jatim segera melakukan penelitian tentang keberadaan kedua sesar tersebut untuk meminimalisir kerusakan serta korban akibat gempa jika terjadi.
Jika terjadi gempa, kata Amien, kekuatan gempa darat bisa mengakibatkan kerusakan besar terutama untuk gedung-gedung bertingkat. Jika tidak dilakukan penelitian untuk menghitung kekuatan bangunan terhadap gempa, maka kerusakan bisa lebih parah.
Saksikan juga video 'Langkah-langkah Jika Terjadi Gempa Bumi':
(bdh/iwd)