Kisah Gadis Remaja Bertemu Ibu Kandung Usai Terpisah 15 Tahun

Kisah Gadis Remaja Bertemu Ibu Kandung Usai Terpisah 15 Tahun

Pradito Rida Pertana - detikNews
Selasa, 07 Sep 2021 20:36 WIB
Yogyakarta -

Seorang gadis remaja bernama Ajeng Ayu Salma (19) terpisah dari ibu kandungnya inisial D (38) sejak usia 4 tahun. Setelah 15 tahun, akhirnya Ajeng dapat bertemu kembali dengan sang ibu. Seperti apa kisahnya?

Ajeng menceritakan bahwa sejak kecil dia hidup bersama dengan orang tua angkatnya dan tinggal di Blitar, Jawa Timur. Selama di Blitar, Ajeng mengaku kerap mendapatkan perlakuan yang kurang baik saat duduk di sekolah dasar (SD).

"Saat kelas 4 atau 5 SD aku mau pergi dari rumah. Dan aku sempat dengar dari saudara kalau aku bukan anak kandung (orang tua yang mengasuhnya saat itu)," ujar Ajeng saat ditemui di kediamannya, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Selasa (7/9/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kemudian saat duduk di kelas 3 SMP, Ajeng menemukan dokumen pernyataan hak asuh ketika membersihkan kamarnya. Bahkan pada dokumen itu dia juga menemukan foto ibu kandungnya.

"Itu tahun 2014 yang aku nemu dokumen di lemari, setelah tahu itu rasanya mau nangis nggak bisa dan cuma diam. Di situ juga ada foto mama dan memang mirip aku," ucapnya.

ADVERTISEMENT

Hal tersebut lalu dia ceritakan kepada guru Bimbingan Konseling (BK). Namun setelah itu ayahnya di Blitar datang ke sekolah dan memarahinya sembari menanyakan dari mana mendapatkan dokumen tersebut.

Kejanggalan pun berlanjut saat dia duduk di bangku kelas 1 SMA. Di mana saat itu dia tidak diperkenankan mengikuti pengambilan rapor.

"Ayah pulang bilang aku nggak naik kelas, DO (drop out). Aku prestasi banyak piagam banyak, nggak mungkin dikeluarin dengan cara yang nggak normal," katanya.

"Apalagi saya lihat rapornya nggak boleh. Laptop dan HP disita (orang tua). Jadi nggak bisa komunikasi dengan teman," lanjut Ajeng.

Ajeng lantas mempersiapkan diri untuk kabur dari rumah. Semua dokumen berharga seperti akta kelahiran, ijazah SD hingga SMP dia masukkan ke dalam tas.

"Saat itu aku hanya bawa uang Rp 200 ribu. Setelah satu minggu di rumah aku merasa harus mencari kerja untuk memenuhi hidup sehari-hari," ujarnya.

Ajeng memutuskan ke Malang, Jawa Timur, pada tahun 2018. Dia ke Malang menggunakan motor ayahnya yang dia bawa saat kabur.

"Saat itu aku berangkat jam 3 (pagi) naik motor, karena kalau siang takut papasan teman. Sampai Malang aku cari kerja cari kos, itu tahun 2018 umur 16 tahun," ucapnya.

Selengkapnya di halaman selanjutnya...

Setibanya di Malang dia melihat di pinggir jalan lowongan pramusaji dan kemudian langsung melamar kerja. Namun dia tidak diterima karena usianya masih 16 tahun.

"Tapi setelah mendengar apa yang aku alami jadi diperbolehkan bekerja di sana," katanya.

Setelah bekerja menjadi pramusaji, Ajeng juga mendapatkan pekerjaan sebagai baby sitter hingga bekerja di laundry. Dari uang hasil bekerja itu, Ajeng akhirnya bisa membeli smartphone dan mulai membuat sejumlah akun media sosial.

Di akun Instagramnya, dia tiba-tiba mendapatkan pesan dari orang yang tidak dikenal yang menyebut jika dirinya mirip dengan keponakannya yang hilang. Orang tersebut ternyata adalah bibinya dari ayah kandung Ajeng.

Akan tetapi, karena Ajeng merasa ragu, dia meminta komunikasi itu berlanjut di aplikasi WhatsApp. Setelah mendapatkan kontak WhatsApp dia melanjutkan dengan video call untuk memastikannya.

"Video call ada bibi, ada nenek, pasti nangis pertama kali dikenalin saudara dari istri papa yang pertama," ujar remaja yang kini duduk di bangku kelas 3 SMA ini.

Akan tetapi, setiap kali Ajeng bertanya kepada bibi di mana ayah kandungnya, bibinya selalu beralasan sang ayah sedang bekerja. Hingga akhirnya si bibi jujur pada Ajeng bahwa ayah kandungnya telah meninggal 4 tahun lalu.

"Mereka tidak memberi tahu dari awal karena takut aku nggak balik ke Bogor (tempat nenek dari ayah kandung Ajeng)," katanya.

Hingga akhirnya, pada pertengahan 2019 Ajeng ke Bogor untuk bertemu keluarga ayahnya. Saat itu dia dijemput salah satu kakak tirinya yaitu anak dari ayah kandungnya dengan istri pertama.

"Di Bogor aku melanjutkan SMA di sekolah terbuka. Tapi, belum satu tahun di sana, nenek meninggal dunia," ucapnya.

Karena tidak punya siapa-siapa, Ajeng lantas berupaya mencari lagi ibunya. Dia pun pada 2019 akhir dan 2020 awal membuat utas di Twitter untuk mencari sang ibu.

Upayanya berbuah positif seperti datangnya bantuan dari sejumlah pihak. Sepengetahuan Ajeng, sang ibu tercatat ber-KTP Kabupaten Sleman, DIY.

"Selama mencari itu sempat putus asa. Tapi dibantu orang banyak di Twitter, Facebook ramai jadi semangat," ujarnya.

Karena ramai di sosmed, salah satu media memberitakannya dan berujung dengan dibacanya berita itu oleh ibu kandung Ajeng, D. Selanjutnya, pada pertengahan 2021, D yang rindu Ajeng mencoba mengetik nama lengkap Ajeng di Twitter.

Selanjutnya, penuturan ibu kandung Ajeng...

"Saya baca berita saat itu masih sedang sakit. Mungkin karena saya berdoa terus. Saya nyari namanya Ajeng iseng siapa tahu ketemu foto dia. Ternyata ada berita ini saya kaget kok kaya gini kisahnya dia," ujar D melanjutkan perbincangan, di kesempatan yang sama.

Dia saat itulah, D berharap Ajeng hidup dengan baik bersama orang tua angkatnya. Nyatanya tidak, setiap saat sejak berpisah dengan Ajeng 2006 lalu, ibu D selalu berdoa agar Ajeng diberikan keselamatan.

"Saya semalaman nggak tidur dibantu teman. Kepala saya sakit jadi tolong bantuain bikin IG, Twitter search namanya Ajeng," katanya.

Akhirnya D bisa berkontak dengan saudara di Bogor. Dari situ, D kemudian berhasil terhubung dengan Ajeng dan keduanya saling berkomunikasi melalui telepon pada 13 Agustus lalu.

Hingga akhirnya pada 29 Agustus, Ajeng terbang ke Yogyakarta untuk bertemu ibu kandungnya. Setelah bertemu, D menceritakan apa yang terjadi pada tahun 2006 lalu kepada Ajeng.

D menjelaskan, bahwa dia telah berpisah dengan ayah kandung Ajeng pada tahun 2006 di Jakarta. Oleh sebab itu, D sendirian hidup di Ibu Kota dan mengalami kesulitan ekonomi hingga akhirnya memutuskan menyerahkan Ajeng ke temannya.

"Saya pikir ke orang tua asuh lebih baik karena saya tidak punya tempat tinggal. Tahun 2006 saat Ajeng berusia 4 tahun," kata D saat ditemui di kediamannya.

Terlebih, temannya saat itu menjanjikan jika D tetap bisa bertemu dengan anaknya kelak. D menjelaskan bahwa pada awal-awal dahulu masih bisa menelepon temannya itu untuk menanyakan kondisi Ajeng.

"Tadinya boleh telepon sebentar misal anaknya lagi apa. Kemudian ganti nomor nggak boleh telepon mungkin takut (Ajeng) diambil lagi," ucapnya.

Di sisi lain, D juga paham bahwa tindakannya tersebut pasti akan menjadi pro kontra di masyarakat. Namun, D menyebut jika inilah jalan hidup yang harus dijalani.

Menyoal perasaan Ajeng kepadanya, D mengaku jika Ajeng tidak marah kepadanya. Namun, dia menyebut jika anaknya sempat kecewa akibat ulahnya tersebut.

"Alhamdulillah Ajeng nggak marah, tapi mungkin ada sedikit kecewa kepada saya," ujarnya.

Meski telah bertemu dan saat ini tinggal bersama, D membebaskan Ajeng untuk memilih tinggal dengan dirinya maupun keluarga di Bogor. Di sisi lain, orang tua Ajeng di Blitar belum mengetahui bahwa anak angkatnya itu telah bertemu orang tua kandungnya.

"Saya bilang jangan ada dendam (kepada orang tua angkatnya). Sekali pun kamu digituin (pernah dapat kekerasan fisik) bagaimana pun kamu telah diasuhnya selama ini," imbuhnya.

Halaman 2 dari 3
(rih/mbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads