Fenomena kampung miliarder muncul di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Tapi di balik itu, warga harus rela melepas tanah warisan demi proyek pembangunan tol.
Salah satu warga Padukuhan Pundong III, Tirtoadi, Mlati, Sleman, Tri Baningsih, menerima kompensasi mencapai Rp 10 miliar. Uang miliaran tersebut hasil ganti rugi bidang tanah miliknya dan suaminya.
"Yang 2.400 meter persegi itu Rp 9 miliar lebih, dan lahan 500 meter persegi itu Rp 1,05 miliar itu milik suami," kata perempuan yang akrab disapa Ning, saat dihubungi wartawan, Selasa (7/9/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bidang tanah seluas 2.400 meter persegi itu merupakan warisan keluarga. Sontak, ketika ia tahu bahwa tol akan lewat rumahnya ia kaget bukan main.
"Awalnya sangat berat untuk melepas tanah itu. Berat sekali melepas, saya menyiapkan psikis anak-anak itu sekitar 3 tahun," ungkapnya.
Ia menceritakan mulai tahu akan ada pembangunan tol saat ada petugas menerbangkan drone beberapa tahun lalu. Ning mulai gelisah dan bertanya pada petugas itu. Dari yang ia dengar, di daerah Mlati akan ada pembangunan tol dan rel kereta.
"Sejak ada drone yang lewat atas saya, yang selalu lewat terus satu kali jatuh di belakang rumah. Saya tanya sampai drone besar sekali jatuh, jawabnya hanya untuk pemetaan tanah," katanya.
"Tapi saat itu kita sudah menduga karena akan ada dua proyek besar yaitu kereta api dan tol. Lalu saya berandai-andai dan mengumpulkan dua orang anak saya," tambahnya.
Sejak beberapa tahun lalu, kabar pembangunan tol memang sudah santer terdengar. Trase tol Yogya-Bawen pun terus disempurnakan. Ning kemudian mengambil ancang-ancang dan mengumpulkan anak-anaknya untuk berembuk.
"Anak-anak saya persilakan untuk memilih tanah warisan saya lalu saya minta untuk menyisihkan satu atau dua untuk ibu pribadi. Anak saya menunjukkan paling luas 2.000 meter untuk saya. Ya sudah di titik itu saya putuskan untuk buat dua rumah karena belum tahu besarannya berapa," kata istri Dukuh Pundong III itu.
Hingga akhirnya, dia dapat kepastian jika lahannya terdampak. Ia pun menghadiri sosialisasi demi sosialisasi, juga undangan rapat untuk pemilik lahan. Hingga pada pertengahan Agustus lalu kompensasi cair dan dia pakai untuk beli vila dan laut buatan.
"(Beli) di kawasan wisata, Jalan Kaliurang (tepatnya) kampus UII ke barat. (Namanya) Jogja Eco Wisata. Investasi lautan buatan," pungkas Ning.
Simak juga video 'Desa Miliarder Tol Yogya-Bawen Jadi "Lahan Berburu" Sales Mobil':