Fakta 2 Pangeran di Suksesi Pura Mangkunegaran, Siapa Lebih Kuat?

Round-Up

Fakta 2 Pangeran di Suksesi Pura Mangkunegaran, Siapa Lebih Kuat?

Bayu Ardi Isnanto - detikNews
Selasa, 17 Agu 2021 10:42 WIB
GPH Paundrakarna Jiwa Suryanegara dan GPH Bhre Cakrahutomo Wira Sudjiwo hadiri pemakaman KGPAA Mangkunegara IX. Keduanya pun sempat foto bersama di pusara sang ayah.
Paundra dan Bhre di samping pusara ayahandanya. (Foto: Andika Tarmy/Detikcom)
Solo -

Wafatnya pemimpin Pura Mangkunegaran Solo, KGPAA Mangkunegara IX memunculkan sosok dua putranya sebagai kandidat penerus takhta. Siapa yang lebih kuat, dan bagaimana sejarah suksesi Mangkunegaran selama ini?

Kedua sosok itu adalah putra dari Mangkunegara IX. Mereka Gusti Pangeran Haryo (GPH) Paundrakarna Jiwa Suryanegara dan GPH Bhre Cakrahutomo Wirasudjiwo.

Sosok kandidat Mangkunegara X

Lahir pada 19 April 1979, Paundra adalah putra tertua Mangkunegara IX sekaligus cucu dari proklamator kemerdekaan RI. Ibunya adalah Sukmawati Soekarnoputri. Namun Mangkunegara IX dan Sukmawati kemudian bercerai.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nama Paundra mungkin tidak asing bagi sebagian orang. Sebab wajahnya sempat menghiasi layar kaca televisi di tahun 2003, yakni berperan di sejumlah sinetron, salah satunya 'Gita Cinta dari SMA' yang membuatnya digandrungi remaja saat itu.

Lulusan broadcasting Akademi Komunikasi Indonesia di Yogyakarta tahun 2000 ini memiliki jiwa seni yang besar. Selain seni peran, dia juga mendalami seni tarik suara, tari hingga batik.

ADVERTISEMENT

Paundra pun pernah berkecimpung di dunia politik. Lulusan SMAN 1 Solo ini pernah menjadi anggota DPRD Solo periode 2009-2014 dari Fraksi PDIP.

Sementara Bhre adalah putra bungsu Mangkunegara IX. Namun pria kelahiran 29 Maret 1997 itu adalah satu-satunya anak laki-laki dari permaisuri.

Berbeda dengan Paundra yang namanya sudah banyak dikenal, sosok Bhre masih belum diketahui masyarakat. Tak banyak pula informasi mengenai Bhre di dunia maya.

Di akhir usia ayahandanya, lulusan Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FH UI) ini diberi tugas penting. Dia bertanggung jawab dalam proyek renovasi Mangkunegaran yang sedang dilakukan pemerintah

Menilik sejarah suksesi Mangkunegaran

Sejarawan Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Susanto, menyebut takhta Mangkunegara ternyata tidak harus menurun kepada anak. Justru pewaris takhta lebih lebih banyak menurun kepada cucu sang penguasa. "Pewarisnya justru lebih banyak turun kepada cucu," kata Susanto, Senin (16/8).

Misalnya saja Mangkunegara II adalah cucu dari Mangkunegara I. Kemudian Mangkunegara III adalah cucu dari Mangkunegara II.

Sedangkan Mangkunegara IV adalah menantu sekaligus adik sepupu Mangkunegara III. Baru kemudian takhta Mangkunegara V jatuh kepada putra kedua Mangkunegara IV.

Selanjutnya, Mangkunegara VI adalah adik dari Mangkunegara V. Lalu takhta Mangkunegara VII jatuh kepada putra Mangkunegara V yang bernama Suryosuparto.

"Jadi saat Mangkunegara V wafat, Suryosuparto ini masih kecil, tapi akhirnya menjadi Mangkunegara VII," kata dia.

Mangkunegara VII kemudian menurunkan takhta kepada putranya dari istri selir, yaitu RM Hamidjojo Sarosa yang menyandang gelar Mangkunegara VIII. Dari Mangkunegara VIII, takhta kembali menurun kepada putra keduanya, GPH Sudjiwo, yang kemudian menjadi Mangkunegara IX.

"Kalau melihat sejarah, keduanya (Paundra dan Bhre) memiliki kesempatan yang sama. Dan di era sekarang kan keputusan ada di tangan keluarga. Berbeda dengan zaman dulu yang ada campur tangan Belanda," ujar dia.



Apa kata himpunan kerabat dan Pemkot Solo tentang kedua pangeran?

Lihat juga Video: Pelayat Mangkunegara IX Datang Dari Jauh

[Gambas:Video 20detik]



HKMN anggap sama kuat

Melihat sejarah tersebut, Himpunan Kerabat Mangkunegaran (HKMN) juga menilai kedua sosok memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi pewaris takhta istana.

"Yang lebih tua kan Mas Paundra, tapi yang dari Permaisuri kan Mas Bhre. Keduanya sama kuat," kata Ketua HKMN, Satyotomo saat dihubungi detikcom, Senin (16/8).

Masalah usia pun menurutinya bukan menjadi kendala seseorang memimpin Pura Mangkunegaran. Saat ini Paundra berusia 42 tahun, sedangkan Bhre 24 tahun.

"Kalau usia, di kerajaan lain pun usia tiga tahun bisa saja jadi raja. Jadi tidak masalah. Termasuk agama, kalau saya pribadi tidak mempermasalahkan," katanya.

Satyotomo mengatakan keluarga inti dan sesepuh istana akan mengadakan pembahasan khusus terkait suksesi kepemimpinan Pura Mangkunegaran. Selain itu, kerajaan-kerajaan Dinasti Mataram pun akan dimintai pendapat.

"Kemarin saya bicara banyak sama beliau berdua. Keluarga besar berharap semua ke depan baik-baik saja. Siapa pun yang jadi pengganti harus jadi panutan masyarakat Solo," tutupnya.

Apa kata Wali Kota Solo?

Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka mengatakan suksesi Mangkunegaran tersebut adalah urusan internal pura. Dia pun enggan mengintervensi masalah tersebut.

"(Suksesi) Nanti biar pihak sana (Mangkunegaran) dulu yang menyelesaikan," ujar Gibran saat ditemui wartawan di Balai Kota Solo, Senin (16/8).

"Maksudnya itu masalah internal Mangkunegaran, saya tidak intervensi," ucapnya.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads