Selain ayahnya, Alma dan istri juga positif COVID. Namun yang paling membutuhkan adalah sang ayah karena ada penyakit penyerta (komorbid).
"Ayah saya punya penyakit komorbid jantung sama diabetes, kadang sesek jadi cuma buat jaga-jaga kalau lagi sesek. Saya sama istri juga positif," jelasnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karena mendesak itulah, Alma mencari tabung oksigen secara online. Dia tertarik dengan tawaran di grup Facebook tersebut.
"Ya saya kan cari tabung oksigen buat juga di rumah, saya searching di salah satu grup di FB Klaten. Saya tertarik dengan salah satu penjual di FB itu," paparnya.
Dirinya menghubungi penjual secara online lewat chatting. Setelah meyakinkan dan harga setuju akhirnya uang ditransfer.
"Saya chat WA dan mulai transaksi, setelah deal uang saya transfer Rp 750.000. Janji kirim hari itu juga tapi pagi saya WA katanya kalau dikirim harus ada SK dari RS," jelas Alma.
Pelaku kemudian menjelaskan jika di sana SK tidak diperjualbelikan. Apabila sekalian mau dapat SK harus transfer lagi Rp 750.000.
"Lha dijelaskan kalau mau dapat SK dan proses kirim harus transfer lagi Rp 750.000 untuk urus SK-nya. Saya bilang nggak mau," sambung Alma.
Sebab penasaran, dirinya meminta pelaku mengirimkan foto KTP. Tapi foto KTP berbeda nama dengan yang di rekening.
"Dia kirim foto KTP tapi beda identitas sama yang di rekening. Saya minta uang dikembalikan dia tidak mau malah saya suruh urus sendiri di Jakarta padahal posisi saya di Klaten," imbuh Alma.
Kejadian itu tidak dilaporkan ke polisi. Keluarga sudah ikhlas dan kejadian yang menimpanya bisa dijadikan pelajaran.
(rih/ams)