Para Ahli Sangsikan Keaslian Keris Diponegoro yang Dipulangkan Raja Belanda

Kaleidoskop 2020

Para Ahli Sangsikan Keaslian Keris Diponegoro yang Dipulangkan Raja Belanda

Tim detikcom - detikNews
Minggu, 27 Des 2020 14:16 WIB
Naga Siluman di Keris Kiai Naga Siluman milik Pangeran Diponegoro. (Dok pribadi sejarawan Sri Margana)
Keris yang dikembalikan Pemerintah Belanda (Dok pribadi sejarawan Sri Margana)
Yogyakarta -

Pemerintah Kerajaan Belanda memutuskan untuk memulangkan sejumlah barang bersejarah yang sempat diusung ke Belanda di masa penjajahan. Salah satunya adalah yang disebut sebagai keris milik Pangeran Diponegoro. Namun banyak pihak menyangsikan keaslian keris tersebut sebagai milik sang pangeran.

Keris Kiai Naga Siluman telah kembali ke tanah air bersamaan dengan acara kunjungan Raja Belanda Willem Alexander dan Ratu MΓ‘xima, 10 Maret 2020 lalu. Oleh sang raja, keris itu langsung diserahkan kepada Presiden Jokowi.

Namun kontroversi segera muncul. Keturunan ke-7 Pangeran Diponegoro, Roni Sodewo, meragukannya. Dia melihatnya dari segi dhapur atau rancang bangun keris. "Kalau melihat fisiknya itu dhapur keris nagasasra," papar Roni.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kurator Museum Keris Nusantara di Solo, Ki Ronggajati Sugiyatno, juga meragukan. dia memaparkan keris yang dikembalikan itu adalah keris dhapur Nagasasra Kamarogan, bukan keris dhapur naga siluman.

"Tidak mungkin Pangeran Diponegoro tak bisa membedakan keris dhapur nagasasra dengan keris dhapur naga siluman. Hal yang lebih tak mungkin lagi adalah Diponegoro memberi gelar atau nama keris dhapur nagasasra dengan nama naga siluman karena dia pasti tahu bahwa Naga Siluman adalah dhapur tersendiri," papar Ki Ronggajati.

ADVERTISEMENT

Keraguannya juga didasari oleh analisis warangka atau sarung keris yang dipamerkan di Istana Bogor itu. Warangka itu berjenis Ladrangan Kagok gaya Surakarta. "Diponegoro itu pangeran dari Yogyakarta, tidak mungkin mengenakan keris dengan warangka gaya Surakarta," lanjutnya.

Menjawab keraguan tersebut, sejarawan yang merupakan salah seorang verifikator penelitian tentang Keris Kiai Naga Siluman memaparkan keaslian keris itu.

"Saya sebagai verifikator ditugaskan memverifikasi apakah penelitian sejak 1984 hingga kemarin sudah akurat atau belum. Dengan mantap, saya bisa mengatakan bahwa mereka sudah cukup menghadirkan bukti arsip yang sangat kuat," kata anggota Tim Verifikasi Keris Pangeran Diponegoro, Sri Margana, kepada detikcom.

Margana yang merupakan sejarawan dari UGM ini mendasarkan identifikasi keris tersebut pada arsip bersejarah yang ditulis Sentot Alibasyah Prawiradiredja, panglima perang Diponegoro, yang ditulis menggunakan aksara dan bahasa Jawa pada Mei 1830, diterjemahkan ke Bahasa Belanda dan diberi deskripsi oleh pelukis kenamaan Raden Saleh. Deskripsi ditulis Raden Saleh berdasarkan pengamatan langsung terhadap Keris Kiai Naga Siluman itu. Arsip itu baru ditemukan tahun 2017.

"Raden Saleh memberi catatan dalam Bahasa Belanda, dituliskannya bahwa keris Naga Siluman itu punya luk berjumlah 11," kata Margana.

Keris itu datang ke Belanda sejak 1831 dan akhirnya disimpan di Museum Volkenkunde, Leiden. Nomor inventarisnya RV-360-8084. Nomor itu ada di bagian gagang dan bagian warangka (sarung keris). Di situ memang tidak disertai keterangan bahwa keris ini bernama Kiai Naga Siluman, namun hanya dituliskan bahwa pemilik sebelumnya adalah Pangeran Diponegoro.

Kemudian keris ini diidentifikasi dengan ciri-ciri fisik yang disampaikan Raden Saleh. Maka benarlah, keris bernomor RV-360-8084 inilah yang merupakan Keris Kiai Naga Siluman.

Penjelasan Marga tersebut, segera dimentahkan oleh Sardono W Kusumo. Budayawan yang juga koreografer asal Solo ini pernah membuat riset mendalam perihal kehidupan Pangeran Diponegoro, terutama dari kajian sejarah dan sosio-politik selama Perang Jawa, tahun 1825-1830. Riset itu dilakukan guna pendalaman materi pertunjukan tari yang digarapnya berjudul 'Opera Diponegoro'.

"Apa benar manuskrip itu tulisan asli dari Panglima Sentot? Bukankah ketika penangkapan Diponegoro, Sentot telah lebih dulu ditangkap dan diasingkan ke Sumatera? Kok ada tulisan yang menyebutkan bahwa Sentot mengaku melihat sendiri penyerahan keris oleh Diponegoro ke pihak Belanda, padahal saat itu Sentot tidak ada di lokasi perundingan di Magelang, yang berakhir penangkapan itu (Pangeran Diponegoro)," kata mantan Rektor IKJ Jakarta tersebut kepada detikcom, Kamis (12/3).

Namun Menlu Retno Marsudi menegaskan keris tersebut asli milik Pangeran Diponegoro. "Dengan datangnya tim dari Indonesia, maka sudah dikonfirmasikan keris tersebut adalah keris Diponegoro dan kemudian dikembalikan ke Indonesia," ujar Retno, Selasa (10/3).

Retno menjelaskan, penelitian berulang kali dilakukan untuk memastikan keaslian keris itu. Proses pengembalian keris Pangeran Diponegoro memakan waktu lama. "Jadi prosesnya tentunya kita melakukan penelitian bersama untuk betul-betul memastikan bahwa keris ini adalah milik Pangeran Diponegoro," ujar Retno.

Halaman 2 dari 2
(mbr/mbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads