Sebuah lift yang berada di Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DIY jatuh dari lantai 2 saat digunakan Ketua DPRD DIY, Nuryadi dan anggota DPRD DIY Dwi Wahyu. Keduanya mengalami luka pada kaki hingga memerlukan tindakan operasi.
Ternyata lift tersebut adalah alat bantu Nuryadi untuk naik turun tangga karena selama ini mengidap syaraf kejepit. Diduga kuat lift itu jatuh karena human error saat mengoperasikannya.
Wakil ketua DPRD DIY, Huda Tri Yudiana menjelaskan, bahwa sebelum kejadian dia sempat bertemu dengan Nuryadi. Mengingat keduanya sempat mengikuti rapat bersama pimpinan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kejadian sekitar jam 10 (pagi), jadi pak Ketua naik lift berdua sama mas Dwi Wahyu dari rapat. Sebelumnya juga bertemu dengan saya, saya konsultasi, berembug dengan beberapa urusan di kantor terkait dengan paripurna ini," katanya saat ditemui wartawan di Kantor DPRD DIY, Kecamatan Danurejan, Kota Yogyakarta, Selasa (15/9).
Setelah bertemu, Huda menyebut jika Nuryadi akan menghadiri rapat paripurna (rapur) bersama Gubernur DIY Sri Sultan HB X dan Wakil Gubernur DIY Paku Alam X pada pukul 10.00 WIB. Namun ketika menggunakan lift untuk turun dari lantai 2 ke lantai 1.
"Terus beliau naik lift dan tiba-tiba liftnya jatuh. Jadi putus talinya (lift), saat itu posisinya dari atas (lantai 2) turun (ke lantai 1) tadi," katanya.
"Untuk kondisi medis secara detail saya kurang tahu, tapi sepertinya beliau (Nuryadi) patah kaki, mas Dwi juga luka di kaki," ucapnya.
Terkait keberadaan lift, Huda menyebut lift berusia 4 bulan itu hanya bersifat sementara dan pengadaan mandiri oleh Nuryadi. Mengingat kondisi Nuryadi yang tidak memungkinkan untuk naik turun tangga dengan intensitas tinggi.
"Lift ini sebenarnya hanya lift sementara dan tidak dibiayai APBD, itu (lift) dari pak Ketua (DPRD) sendiri. Beliau perlu lift karena tidak bisa naik turun tangga dengan sering," ucapnya.
Sementara itu, Sekretaris DPRD (Sekwan) DIY, Haryanta mengatakan, bahwa keberadaan lift itu baru ada pada tahun ini. Menurutnya, lift tersebut khusus dipergunakan oleh Nuryadi. "Hanya digunakan khusus Pak Ketua (DPRD DIY)," katanya saat dihubungi detikcom.
"Karena kondisi fisik beliau maka menggunakan lift. Sehingga (adanya) lift itu untuk kepentingan kesehatan (Nuryadi)," ucapnya.
Menyoal penyebab terjun bebasnya lift milik Nuryadi karena melebihi kapasitas berat yang ditentukan, Haryanta kembali belum bisa menjelaskannya secara gamblang. Dia menyebut penyebab kejadian pagi tadi sebagai human error. "(Anjloknya lift) tadi human error," ucapnya secara singkat.
Sementara itu, pihak pemasang lift pribadi Ketua DPRD DIY Nuryadi yang jatuh siang tadi, Endah Subekti Kuntariningsih angkat bicara soal peristiwa tersebut. Lift jatuh diduga karena human error.
Endah mengatakan lift itu sengaja dibuat atas permintaan Nuryadi karena faktor kesehatan. "Kami yang buat. Sejak Pak Nuryadi dilantik jadi Ketua DPRD DIY," kata Endah saat dihubungi detikcom.
"Pak Nur memiliki gangguan kesehatan, penyumbatan di jantung, oleh dokter tidak disarankan naik-turun tangga. Jadi untuk menunjang ketugasan beliau, ditunjuk kami membuat alat bantu sederhana berupa lift manual," sambungnya.
Endah yang juga Ketua DPC PDIP Gunungkidul itu akhirnya membuatkan lift dengan ukuran seluruh rangkaiannya setinggi 3,8 meter yang menghubungkan ruang kerja Nuryadi. Endah menyebut dia ditunjuk koleganya itu untuk membuat lift, karena punya pengalaman bikin lift serupa di rumahnya yang berada di atas bukit.
"Lihat saya punya lift dengan panjang lintasan 40 meter atau seukuran 78 tangga manual. Jadi Pak Nuryadi minta bantuan kami, dengan biaya pribadi, bukan APBD," jelas Endah.
"Setelah saya cek ke lokasi, saya kemudian menjenguk Pak Nuryadi ke rumah sakit. Pak Nuryadi tadi bilang, 'Ini murni human error, ini salah saya'. Bukan karena mesin liftnya," kata Endah saat dihubungi detikcom.
Endah menceritakan, lift tersebut adalah lift manual yang peruntukannya hanya dipakai satu orang saja. Lift itu juga hanya Nuryadi yang bisa mengoperasikannya.
"SOP hanya Pak Nuryadi yang tahu, kunci manual juga hanya Pak Nuryadi yang memegang, jadi tidak sembarangan orang bisa memakainya," ujar Endah.
"Tadi peristiwa terjadi karena lift dipakai dua orang, Pak Nuryadi dan Pak Dwi (Wakil Ketua Komisi B DPRD DIY Dwi Wahyu Budiantoro). Dan kebetulan yang menutup pintu lift bukan Pak Nur, tapi Pak Dwi sehingga pintu kurang tertutup rapat dan mengganjal dinding," sambungnya.
Baca juga: Istri Ketua DPRD DIY Meninggal Dunia |
Pasca kejadian tersebut, Nuryadi telah menjalani operasi pemasangan pen di kedua kakinya pada keesokan harinya.
Namun Nuryadi memang sedang dirundung duka bertubi-tubi. Bersamaan dengan pemasangan pen itu, di hari yang sama Nuryadi kehilangan istrinya yang meninggal dunia akibat mengidap sakit.