Sebuah lift yang berada di Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DIY jatuh dari lantai 2 saat digunakan Ketua DPRD DIY, Nuryadi dan anggota DPRD DIY Dwi Wahyu. Akibatnya keduanya mengalami luka pada kaki bahkan Nuryadi mengalami patah tulang.
Lift yang baru berumur 4 bulan tersebut ternyata sengaja dibuat sebagai alat bantu Nuryadi yang mengidap syaraf kejepit. Pembuat lift manual tersebut menyebut jika kejadian itu murni human error.
Wakil ketua DPRD DIY, Huda Tri Yudiana menjelaskan, bahwa sebelum kejadian dia sempat bertemu dengan Nuryadi. Mengingat keduanya sempat mengikuti rapat bersama pimpinan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kejadian sekitar jam 10 (pagi), jadi pak Ketua naik lift berdua sama mas Dwi Wahyu dari rapat. Sebelumnya juga bertemu dengan saya, saya konsultasi, berembug dengan beberapa urusan di kantor terkait dengan paripurna ini," katanya saat ditemui wartawan di Kantor DPRD DIY, Kecamatan Danurejan, Kota Yogyakarta, Selasa (15/9/2020).
Setelah bertemu, Huda menyebut jika Nuryadi akan menghadiri rapat paripurna (rapur) bersama Gubernur DIY Sri Sultan HB X dan Wakil Gubernur DIY Paku Alam X pada pukul 10.00 WIB. "Terus beliau naik lift dan tiba-tiba liftnya jatuh. Jadi putus talinya (lift), saat itu posisinya dari atas (lantai 2) turun (ke lantai 1) tadi," katanya.
Akibat kejadian tersebut, Nuryadi dan Dwi Wahyu mengalami luka. Keduanya saat ini telah dilarikan ke Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta.
"Dibawa ke Bethesda, untuk kondisi medis secara detail saya kurang tahu, tapi sepertinya beliau (Nuryadi) patah kaki, mas Dwi juga luka di kaki," ucapnya.
"Lift ini sebenarnya hanya lift sementara dan tidak dibiayai APBD, itu (lift) dari pak Ketua (DPRD) sendiri. Beliau perlu lift karena tidak bisa naik turun tangga dengan sering," ucapnya.
Sementara itu, Sekretaris DPRD (Sekwan) DIY, Haryanta mengatakan, bahwa keberadaan lift itu baru ada pada tahun ini. Menurutnya, lift tersebut khusus dipergunakan oleh Nuryadi. "Hanya digunakan khusus Pak Ketua (DPRD DIY)," katanya saat dihubungi detikcom.
Baca juga: Lift yang Jatuh Milik Pribadi Ketua DPRD DIY |
Menyoal alasan pembuatan lift pribadi di Kantor DPRD DIY, Haryanta enggan menjelaskannya secara rinci. Namun, lift tersebut dibuat karena berkaitan dengan kondisi fisik Nuryadi saat ini.
"Karena kondisi fisik beliau maka menggunakan lift. Sehingga (adanya) lift itu untuk kepentingan kesehatan (Nuryadi)," ucapnya.
Menyoal penyebab terjun bebasnya lift milik Nuryadi karena melebihi kapasitas berat yang ditentukan, Haryanta kembali belum bisa menjelaskannya secara gamblang. Dia menyebut penyebab kejadian pagi tadi sebagai human error.
"(Anjloknya lift) tadi human error," ucapnya secara singkat.
Wakil Ketua DPRD DIY, Huda Tri Yudiana menjelaskan sejarah pembuatan lift sementara milik Ketua DPRD DIY, Nuryadi. Lift berbahan besi itu dibuat sebagai alat bantu untuk Nuryadi yang mengidap syaraf kejepit.
"Kalau cerita lift ini beliau ini memang ada masalah kesehatan dan kebetulan ngantor di lantai 2. Karena itu sulu kadang-kadang ada kendala karena beliau ada syaraf kejepit sehingga berat bolak balik naik ke lantai 2," katanya saat dihubungi.
"Mungkin sudah sekitar 4 bulanan, sebelum COVID-19 sudah ada," imbuhnya.
Sedangan pemasang lift, Huda menyebut dari simpatisan Nuryadi. Sedangkan bahan baku lift menggunakan besi.
"Temannya aja, relawan beliau, maksudnya baik, masangkan lift itu. Ada simpatisan yang masangkan, jadi tidak bisa disalahkan lift juga, kan hanya alat bantu juga," ucapnya.
Menyoal dana yang dihabiskan, Huda tidak mengetahuinya karena biaya pembuatan alat bantu itu berasal dari dana pribadi Nuryadi.
"Itu besi, itu hanya besi. Tapi kan lift hanya lift sementara, hanya jadi alat bantu dan saat dinaiki berdua tidak kuat," lanjut Huda.
Sementara itu, pihak pemasang lift pribadi Ketua DPRD DIY Nuryadi yang jatuh siang tadi, Endah Subekti Kuntariningsih angkat bicara soal peristiwa tersebut. Lift jatuh diduga karena human error.
Endah mengatakan lift itu sengaja dibuat atas permintaan Nuryadi karena faktor kesehatan.
"Kami yang buat. Sejak Pak Nuryadi dilantik jadi Ketua DPRD DIY," kata Endah saat dihubungi detikcom.
"Pak Nur memiliki gangguan kesehatan, penyumbatan di jantung, oleh dokter tidak disarankan naik-turun tangga. Jadi untuk menunjang ketugasan beliau, ditunjuk kami membuat alat bantu sederhana berupa lift manual," sambungnya.
Endah yang juga Ketua DPC PDIP Gunungkidul itu akhirnya membuatkan lift dengan ukuran seluruh rangkaiannya setinggi 3,8 meter yang menghubungkan ruang kerja Nuryadi. Endah menyebut dia ditunjuk koleganya itu untuk membuat lift, karena punya pengalaman bikin lift serupa di rumahnya yang berada di atas bukit.
"Lihat saya punya lift dengan panjang lintasan 40 meter atau seukuran 78 tangga manual. Jadi Pak Nuryadi minta bantuan kami, dengan biaya pribadi, bukan APBD," jelas Endah.
Endah memaparkan lift tersebut adalah lift manual tanpa sensor. Peruntukannya hanya untuk dipakai satu orang sehingga ukurannya tidak terlalu besar. Lift juga hanya Nuryadi yang bisa mengoperasikannya.
"Setelah saya cek ke lokasi, saya kemudian menjenguk Pak Nuryadi ke rumah sakit. Pak Nuryadi tadi bilang, 'Ini murni human error, ini salah saya'. Bukan karena mesin liftnya," kata Endah saat dihubungi detikcom.
"SOP hanya Pak Nuryadi yang tahu, kunci manual juga hanya Pak Nuryadi yang memegang, jadi tidak sembarangan orang bisa memakainya," ujar Endah.
"Tadi peristiwa terjadi karena lift dipakai dua orang, Pak Nuryadi dan Pak Dwi (Wakil Ketua Komisi B DPRD DIY Dwi Wahyu Budiantoro). Dan kebetulan yang menutup pintu lift bukan Pak Nur, tapi Pak Dwi sehingga pintu kurang tertutup rapat dan mengganjal dinding," sambungnya.
Karena pintu terganjal dinding, salah seorang pegawai di DPRD DIY yang kebetulan berada di dekat lift diminta untuk menutup pintu dengan mendorong dari sisi luar agar tertutup rapat.
"Yang meminta Pak Dwi, karena kurang paham SOP-nya, ditendang itu pintu agar rapat. Tapi ternyata sling lift terus memutar saat posisi lift tertahan karena pintu terganjal itu. Jadi saat pintu sudah tertutup rapat, lift langsung meluncur ke bawah," ujarnya.
"Kami tadi sudah mengecek ke lokasi, saya sendiri naik liftnya, masih bisa dipakai naik turun. Tadi juga ada rekan-rekan pers yang menyaksikannya," lanjutnya.
Endah pun mengungkapkan kondisi terkini Nuryadi. Menurutnya, Nuryadi patah kaki dan kini dirawat di RSUP Dr Sardjito, sedangkan Dwi juga mengalami luka patah kaki dan dirawat di RS Bethesda.
Setelah peristiwa itu, Endah masih menunggu konfirmasi dari Nuryadi apakah masih akan memakai lift tersebut. Jika tetap dipakai, maka dari sisi pengamannya akan ditambah. Sebaliknya, jika tidak dipakai maka lift akan dibongkar.
"Lift tersebut kami cek rutin setelah pemasangan. Selama ini berjalan baik. Untuk konstruksinya kami jamin aman," ujarnya.
"Tapi itu tadi, peristiwa ini human error, kurang pas menutup pintunya. Meski lift hanya diperuntukkan untuk pribadi Pak Nuryadi, tapi kalau dari sisi kekuatannya, dipakai dua orang konstruksinya kuat, saya jamin," ujar Endah.