Pusaka peninggalan Syeh Ja'far Sodhiq atau yang dikenal dengan Sunan Kudus dijamas atau dibersihkan di Pendapa Tajug Menara Kudus. Pusaka Sunan Kudus yang dijamas yakni sebuah keris yang dinamai Kyai Cinthaka dan dua senjata berbentuk trisula. Prosesi penjamasan benda pusaka Sunan Kudus ini dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan.
Pantauan detikcom, penjamasan keris dan dua trisula Sunan Kudus dipimpin oleh KH Ahmad Badawi Basyir dengan dibantu juru jamas H Faqihuddin di Pendapa Tajug Menara Kudus, Kamis (6/8/2020). Sebelum dimulai penjamasan, terlebih dahulu dilakukan ziarah ke makam Kangjeng Sunan Kudus.
Setelah melakukan ziarah di makam Sunan Kudus, kemudian dilanjutkan pengambilan keris Kyai Cinthaka dan dua trisula. Keris yang semula disimpan dalam peti, diletakkan di bagian atas Pendapa Tajug. Sedangkan dua trisula yang biasa terpasang di sisi mihrab atau pengimamam Masjid al-Aqsha, juga turut dijamas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam proses penjamasan tersebut benda pusaka Sunan Kudus itu pertama disiram dan dicelup dengan air rendaman merang ketan hitam. Setelah itu kemudian dibersihkan menggunakan air jeruk nipis dan bubuk warangan. Benda pusaka itu selanjutnya dijemur di atas sekam ketan hitam.
Ketua Yayasan Masjid, Menara, dan Makam Sunan Kudus (YM2SK), KH Em Nadjib Hasan menjelaskan bahwa jamas berasal dari bahasa Jawa yang berarti mencuci (pusaka). Penjamasan dilakukan untuk merawat dan menjaga keris agar bebas dari karat.
"Selain itu dengan penjamasan ini benda pusaka tersebut dapat menampakkan pamor keris dan dua trisula supaya lebih bersinar dan terjaga dari kerusakan," kata Em Nadjib dalam keterangannya, Kamis (6/8/2020).
Dia mengatakan untuk benda pusaka keris Kiai Cinthaka adalah keris milik Sunan Kudus. Model keris ini diperkirakan berasal dari zaman Majapahit akhir. Bentuk dhapur atau rancang bangun keris tersebut adalah dhapur panimbal yang memiliki makna kebijaksanaan dan kekuasaan.
"Sedangkan untuk pamor keris Kyai Cinthaka adalah (motif) 'wos wutah' yang melambangkan kemakmuran, keselamatan, dan kepasrahan kepada Allah. Keris Kyai Cinthaka memiliki ricikan atau kelengkapan di antaranya luk sembilan, lambe gajah satu, jalen, pejetan, tikel alis, sogokan ngajeng lan wingking, sraweyan, dan greneng duri," papar Nadjib.
"Emas yang menempel di gandhik keris adalah jenis 'kinatah panji wilis' yang merupakan simbol topeng emas untuk wajah keris," kata dia.
Sementara untuk dua trisula ini juga merupakan benda peninggalan Sunan Kudus. Dua trisula ini diletakkan di sisi mihrab atau pengimamam Masjid al-Aqsha atau Masjid Menara Kudus. Staf Dokumentasi dan Sejarah YM3SK, Denny Nur Hakim mengatakan, usia tombak itu diperkirakan ratusan tahun yang lalu.
![]() |
"Kalau dulu itu kan tombaknya Sunan Kudus, yang sekarang masih terpasang mihrab itu. Jadi kayak biasanya tahun-tahun yang lalu pada saat penjamasan cuacanya timbrong, itu (cuaca) tidak panas tidak mendung. Untuk usia kurang dihitung wafatnya Sunan Kudus, itu sudah ratusan tahun. Sunan Kudus mendirikan masjid dan Menara ini tahun 1.549 sampai sekarang. 2020. Usianya 500-an tahun lebih keris dan tombaknya juga sama usianya," terang Denny kepada wartawan saat ditemui di komplek Menara Sunan Kudus, pagi ini.
Denny mengatakan, setelah penjamasan selesai kemudian dilakukan pembacaan tahlil bersama. Setelah itu kemudian disajikan hidangan berupa jajan pasar dan nasi berserta masakan opor ayam panggang.
Jajan pasar ini merupakan makanan berupa aneka jajan tradisional yang dibeli pada pagi hari di pasar, menjelang pelaksanaan jamasan. Selanjutnya itu dihidangkan pula nasi dan masakan opor ayam panggang, yang konon merupakan menu kesukaan Sunan Kudus.
"Setelah acara selesai kemudian dihidangkan nasi opor dengan ayam bakar dan ada jajanan Pasar. Nasi opor itu merupakan menu kesenangan Sunan Kudus. Selain itu juga ada opor ada jajanan pasar. Jajan pasar adalah jajanan tradisional," tandas Denny.