"Senang aja bisa sekolah lagi, ketemu teman teman. Kalau belajar dari rumah, saya tidak bisa ikut karena tidak punya android," ucapnya.
Sejumlah orang yang ditemui saat jemput anaknya mengatakan, PTM ini memang atas permintaan wali murid. Sugiarteni (45) warga Desa Klampis menjelaskan, Alfrisco Eki Satrio Legowo, anaknya, tidak bisa mengikuti proses belajar jarak jauh.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya salah satu yang minta tatap muka. Kalau proses belajar di rumah, anak saya kesulitan. Banyak hal yang kurang bisa dipahami. Malah sempat anak minta supaya ada kelas privat, tapi saya tidak punya uang untuk bayar pengajar," kata dia beralasan.
Alasan lain diutarakan Siti Nur Maemunah (38) warga Desa Pamengger. Kata dia, Maulida Milatina Fajwa, anaknya, sering menangis karena tidak bisa mengikuti daring secara lancar. Alasannya karena terkendala sinyal internet yang lemah.
Diwawancara terpisah, Sekretaris Gugus Tugas COVID-19 Kabupaten Brebes, Djoko Gunawan mengatakan, kondisi masyarakat Brebes tidak semuanya bisa mendukung pembelajaran secara daring. Terutama yang tidak punya HP atau Laptop. Pihaknya mengaku sangat menyadari kondisi ini.
Terkait adanya sekolah yang sudah melakukan tatap muka, Djoko Gunawan mengaku memakluminya. Akan tetapi pelaksanaanya harus sesuai protokol kesehatan.
"Pada kenyataannya masih banyak yang belum bisa mengikuti pelajaran secara daring karena tidak ada sarananya. Kami gugus tugas sangat memaklumi hal ini. Apalagi sudah ada pernyataan dari wali murid," pungkasnya.
(mbr/mbr)