Disdik Pekalongan: Ada Banyak 'Dzul' yang Tak Punya HP untuk Belajar Online

Disdik Pekalongan: Ada Banyak 'Dzul' yang Tak Punya HP untuk Belajar Online

Robby Bernardi - detikNews
Selasa, 28 Jul 2020 16:35 WIB
Dzul Faqor Risqi Islamy Al Ghazy siswa kelas 7 SMPN 2 Tirto, Pekalongan yang sekolah sendirian, Selasa (28/7/2020).
Foto: Dzul Faqor Risqi Islamy Al Ghazy siswa kelas 7 SMPN 2 Tirto, Pekalongan yang sekolah sendirian, Selasa (28/7/2020). (Robby Bernardi/detikcom)
Kabupaten Pekalongan -

Seorang siswa kelas VII SMPN 2 Tirto, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, Dzul Faqor Risqi Islamy Al Ghaz sudah dua hari bersekolah karena tak punya smartphone untuk sekolah daring. Kisah Dzul ini pun diakui banyak ditemukan di Kabupaten Pekalongan.

"Sebetulnya nasib seperti di Dzul ini banyak. Hanya saya akui semangat si Dzul ke sekolah begitu luar biasa. Artinya dia ingin benar-benar mencari ilmu, kita hargai itu," kata Kabid Pendidikan Dasar (Dikdas) Dinas Pendidikan Kabupaten Pekalongan, Aji Suryo saat dihubungi detikcom, Selasa (28/7/2020).

Aji menyebut pihaknya selalu mengingatkan agar pembinaan para guru tak hanya dilakukan secara daring. Dia pun mengingatkan para guru agar lebih sering menyapa para murid-muridnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya dalam pembinaan keliling saya ngomong untuk daring tidak harus diakhiri dengan tugas-tugas sekolah. Kasihan muridnya. Kalau HP ada, kuota yang habis," tutur Aji.

"Yang penting menyapa anak setiap pagi di group WA. Tidak perlu dijejeli materi, tidak terlalu harus berpatokan kurikulum. Target kurikulum bisa diabaikan seperti Pak Menteri (Nadiem Makarim) bilang. Yang penting pembentukan karakter anak," sambungnya.

ADVERTISEMENT

Aji merinci sejumlah temuan soal pembelajaran daring di lapangan. Di antaranya satu ponsel digunakan untuk beberapa anak hingga soal kuota yang terbatas.

"Kasihan orang tua juga, ada yang punya HP tapi tidak punya kuota. Kami pun tidak mewajibkan guru tugasi murid melalui daring, yang penting anak itu diperhatikan masih sekolah," terang Aji.

Aji pun tak melarang para siswa, seperti Dzul, yang tak memiliki smartphone untuk datang ke sekolah. Hanya saja dia mengingatkan jangan sampai terjadi kerumunan.

"Bisa datang dengan syarat protokol kesehatan dan asalkan tidak bergerombol. Berikan layanan yang maksimal pada anak ke laboratorium komputer," ucap dia.

Aji mengingatkan jangan sampai karena keterbatasan semua anak datang ke sekolah. Dia pun meminta para guru agar pro-aktif mendatangi para siswanya di masa pandemi virus Corona atau COVID-19 ini.

"Kalau semua datang ke sekolah jelas kami larang. Salah satu upaya solusinya guru home visit, berkunjung ke rumah siswa-siswanya," ujar Aji.

Meski begitu, pembelajaran via daring ini diakuinya membuat repot para guru. Salah satunya guru harus menyediakan materi presentasi.

"Karena ternyata guru dengan sistem daring ini mereka juga menyita waktu. Guru bebannya banyak karena menyiapkan materi entah power point, video dan posting satu persatu dalam group WA kelas satu persatu," tambahnya.

Dia berharap pandemi COVID-19 ini segera berakhir. Sehingga para murid dan guru bisa memulai kegiatan belajar-mengajar tatap muka di sekolah.

"Ya semoga pendemi Corona ini bisa berakhir, dan para siswa dapat mengejar kegiatan belajar mengajar di sekolah kembali. Kami juga merasa kashan dengan kondisi seperti ini, tapi memang kondisinya seperti ini," ucap Aji.

Sebelumnya diberitakan, Dzul ngotot ke sekolah meski harus belajar sendirian karena tak punya smartphone. Selama dua hari terakhir anak dari Tarjo dan Winarsih ini berangkat ke sekolah dengan sepeda tuanya.

Setiba di sekolah, Dzul belajar di ruang perpustakaan. Dengan menggunakan masker, dia ikut belajar daring menggunakan smartphone milik kepala perpustakaan dan didampingi wali kelasnya, Sartono.

Sekitar 50 menit kemudian, tampak Dzul sudah menyelesaikan satu mata pelajaran. Dia mengaku bingung tak bisa mengikuti belajar online dari rumah karena tak memiliki smartphone.

"Sejak kemarin (Senin). Ke sekolah karena ingin belajar. Di rumah tidak punya HP," kata Dzul, pada detikcom, Selasa (28/7).

"Saya harus pintar," lanjut Dzul dengan nada mantap.

Dalam kesempatan yang sama, wali Kelas 7B, Sartono, menilai Dzul merupakan murid barunya yang sangat bersemangat. Dia memastikan proses belajar Dzul di sekolah tetap dengan protokol kesehatan yang ketat.

Sementara itu, Kepala SMP N 2 Tirto, Khoirul Huda, menambahkan selama kegiatan belajar mengajar (KBM) secara online, rata-rata siswa yang bisa menjalankan tugas sekolah sebanyak 90 persen.

"Bisa jadi yang 10 persennya, mengalami hal yang serupa dengan Dzul, cuma tidak ada keberanian seperti Dzul yang datang ke sekolah," kata Khoirul Huda.

"Tidak menutup kemungkinan kita akan menampung murid-murid yang seperti Dzul. Kasihan juga kita harus memberikan pelayanan pendidikan dengan maksimal," imbuhnya.

Khoirul Huda mengatakan jumlah siswa kelas 7 di sekolah tersebut yakni 137 siswa. Sedangkan jumlah siswa keseluruhan di SMP N 2 Tirto terdapat 435 siswa.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads