Seorang siswa kelas VII SMPN 2 Tirto, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, Dzul Faqor Risqi Islamy Al Ghaz sudah dua hari bersekolah karena tak punya smartphone untuk sekolah daring. Kisah Dzul ini pun diakui banyak ditemukan di Kabupaten Pekalongan.
"Sebetulnya nasib seperti di Dzul ini banyak. Hanya saya akui semangat si Dzul ke sekolah begitu luar biasa. Artinya dia ingin benar-benar mencari ilmu, kita hargai itu," kata Kabid Pendidikan Dasar (Dikdas) Dinas Pendidikan Kabupaten Pekalongan, Aji Suryo saat dihubungi detikcom, Selasa (28/7/2020).
Aji menyebut pihaknya selalu mengingatkan agar pembinaan para guru tak hanya dilakukan secara daring. Dia pun mengingatkan para guru agar lebih sering menyapa para murid-muridnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya dalam pembinaan keliling saya ngomong untuk daring tidak harus diakhiri dengan tugas-tugas sekolah. Kasihan muridnya. Kalau HP ada, kuota yang habis," tutur Aji.
"Yang penting menyapa anak setiap pagi di group WA. Tidak perlu dijejeli materi, tidak terlalu harus berpatokan kurikulum. Target kurikulum bisa diabaikan seperti Pak Menteri (Nadiem Makarim) bilang. Yang penting pembentukan karakter anak," sambungnya.
Aji merinci sejumlah temuan soal pembelajaran daring di lapangan. Di antaranya satu ponsel digunakan untuk beberapa anak hingga soal kuota yang terbatas.
"Kasihan orang tua juga, ada yang punya HP tapi tidak punya kuota. Kami pun tidak mewajibkan guru tugasi murid melalui daring, yang penting anak itu diperhatikan masih sekolah," terang Aji.
Aji pun tak melarang para siswa, seperti Dzul, yang tak memiliki smartphone untuk datang ke sekolah. Hanya saja dia mengingatkan jangan sampai terjadi kerumunan.
"Bisa datang dengan syarat protokol kesehatan dan asalkan tidak bergerombol. Berikan layanan yang maksimal pada anak ke laboratorium komputer," ucap dia.
Aji mengingatkan jangan sampai karena keterbatasan semua anak datang ke sekolah. Dia pun meminta para guru agar pro-aktif mendatangi para siswanya di masa pandemi virus Corona atau COVID-19 ini.
"Kalau semua datang ke sekolah jelas kami larang. Salah satu upaya solusinya guru home visit, berkunjung ke rumah siswa-siswanya," ujar Aji.
Meski begitu, pembelajaran via daring ini diakuinya membuat repot para guru. Salah satunya guru harus menyediakan materi presentasi.
"Karena ternyata guru dengan sistem daring ini mereka juga menyita waktu. Guru bebannya banyak karena menyiapkan materi entah power point, video dan posting satu persatu dalam group WA kelas satu persatu," tambahnya.