"Jadi kalau yang tidak punya kartu identitas jemaah adalah visitor. Karena kita kan tak tahu dia dari mana, kondisinya gimana," kata Jazir.
Soal alasan Masjid Jogokariyan masih melayani umat Islam untuk salat Tarawih berjamaah, Jazir memberi penjelasan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena masjid Jogokariyan itu punya konstruksi berpikir 'masjid sebagai pusat perlawanan terhadap COVID-19', bukan menjadi bagian dari rantai penularan. Apalagi di masjid sudah dilakukan protokoler kesehatan yang ketat," ujar Jazir.
Konstruksi berpikir itu, kata Jazir, tak hanya diterapkan Masjid Jogokariyan dalam beribadah saja. Namun dalam membantu perekonomian masyarakat yang terdampak pandemi virus Corona.
"Selain itu kita lakukan edukasi tentang kesadaran, kita gembirakan, kita berikan bantuan bagi yang terdampak. Jadi masjid melakukan upaya-upaya agar masyarakat gembira dan punya imunitas," ucapnya.
"Intinya kita ingin masjid sebagai ruang relaksasi masyarakat terhadap tekanan-tekanan akibat COVID-19 ini," lanjut Jazir.
Dia mengungkap, pihak masjid juga menyediakan lapangan kerja bagi yang mereka yang kehilangan pekerjaan akibat pandemi virus Corona. Pihak Masjid Jogokariyan membuka lapangan kerja pembuatan masker.
"Kita juga beri bantuan lapangan kerja untuk membuat masker, bahan disediakan masjid dan kita beri ongkos, 1 jahitan masker dihargai Rp 1.500. Saat ini sudah ada 25 orang yang menjadi pekerja.
"Sehingga bisa jadi penghasilan mereka, karena masjid yang membeli (masker) dan membagikan ke masyarakat," tuturnya.
Jazir juga menyebut Masjid Jogokariyan tetap menyediakan takjil berbuka puasa bagi jemaah. Bahkan, dalam sehari masjid tersebut menyediakan 3.000 boks makanan.
"Kita sediakan tetap 3 ribu porsi besok sore itu, kita buat (bungkus takjil dalam bentuk) boks. Bagi warga yang mau mengambil untuk berbuka puasa silakan, mau mengambil lebih dari 1 juga silakan, tapi kami anjurkan (takjil) dimakan di rumah," katanya.
Menyoal penyelenggaraan event tahunan 'Kampung Ramadhan Jogokariyan', Jazir mengaku tetap menggelarnya. Akan tetapi, penyelenggaraan acara ini akan digelar dalam bentuk virtual.
"Kampung Ramadhan Jogokariyan berjalan tapi bentuknya virtual, jadi kita sekarang ada 260 pedagang yang sudah dihimpun dalam jaringan media. Jadi dia jual apa, dari jual masakan matang atau bahan masakan," ucapnya.
"Jadi melalui WA grup khusus, dikelola khusus, mereka mendaftar di situ, sekarang sudah 250 yang ikut menjual. Jadi kalau mau pesan langsung dengan sistem online dan nanti diantar, karena hanya berlaku di kampung Jogokariyan sampai ke wilayah (Kecamatan) Mergangsan lah," urai Jazir.
(sip/mbr)