Klaten - Seperti yang ada di Purworejo,
Keraton Agung Sejagat cabang
Klaten juga punya batu prasasti. Salah seorang pengikut, Sri Agung bercerita batu prasasti yang ada di Klaten diambil dari lereng
Gunung Merapi.
"Batunya diambil dari lereng Gunung Merapi. Tepatnya di daerah Cangkringan, Sleman cuma persisnya desa mana saya tidak tahu sebab tidak ikut," ujar Sri Agung di rumahnya, Dusun Saren Desa Brajan, Kecamatan Prambanan,
Klaten, Sabtu (18/1/2020).
Sri Agung mengaku memegang jabatan Wreda Menteri di keraton yang dipimpin 'raja' dan 'ratunya' yakni Toto Santoso dan Fanni Aminadia itu. Sehingga rumah Sri Agung juga menjadi pusat kegiatan Keraton Agung Sejagat di Klaten.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sri mengatakan prasasti di halaman rumahnya itu memiliki nilai yang sama dengan yang ada di Keraton Agung Sejagat di Purworejo. Batu yang diperkirakannya memiliki berat 10 ton itu, kata Sri Agung, diangkut dengan truk pada 2018 lalu.
"Diresmikan tanggal 7 Oktober 2018 dan beliau (Toto) datang ke sini. Prasasti yang memahat suami saya," tambah Sri Agung.
Simak Video "Makam di Kontrakan Raja-Ratu Keraton Agung Sejagat Dibongkar!"
Dijelaskan Sri Agung, meskipun sama-sama punya prasasti antara keraton di Purworejo dan tempat kegiatan di Klaten berbeda. Yang memahat batu juga beda.
"Jadi walau kami satu lingkup Keraton Agung Sejagat, tapi kami sendiri (beda dengan yang di Purworejo). Koordinator juga sendiri, tetapi kalau ada pertemuan besar atau rapat agung semua kumpul," imbuhnya.
Pantauan
detikcom, batu prasasti itu berada di sisi timur pekarangan depan rumah Sri Agung. Di batu hitam yang saat ini sudah ditutup terpal itu terdapat gambar lingkaran dengan ukiran seperti sinar matahari.
Di bawah simbol lingkaran besar itu terdapat pahatan tulisan 'trisula' dengan lingkaran di pucuknya. Tidak ada tulisan di batu itu.
Namun di samping batu ada papan dengan tulisan cukup panjang dengan bagian akhirnya tertulis '7 Oktober 2018 wuku Bathara'.
Kemudian di sisi utara papandan batu prasasti itu terdapat kolam. Di depan kolam tersebut tertulis kalimat 'Sendang Panguripaning Jagad'.
Diwawancara terpisah, tetangga Sri Agung yakni Sumar mengatakan tidak tahu ada bangunan apa di dalam pekarangan milik Sri Agung dan Sudiyo itu.
"Kalau sering ada orang kumpul-kumpul, saya tahu. Tapi tidak tahu sedang kegiatan apa," ungkap Sumar kepada
detikcom.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini