"Tradisi sebaran apem kukus keong emas dimulai sejak Raden Ngabei Yosodipuro pada tahun 1566. Raden Ngabei Yosodipuro seorang pujangga keraton dan ulama besar saat itu," kata Siswanto.
Awal mula tradisi ini, lanjutnya, diawali ketika terjadi pagebluk, tanaman padi diserang hama kong emas di daerah Pengging. Kemudian, Raden Ngabei Yosodipuro, pada zaman pemerintahan Pakubuwono II Keraton Surakarta memerintahkan agar keong emas itu diambil dan dimasak dengan cara dikukus dan dibalut menggunakan janur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akhirnya, hama keong emas dan tikus itu bisa hilang dan panen rakyat melimpah. Sebagai rasa syukur, kemudian Raden Ngabei Yosodipuro memerintahkan kepada warga membuat apem kukus keong emas untuk dibagi-bagikan kepada masyarakat luas. Tradisi itu akhirnya berlanjut sampai sekarang ini.
![]() |
Asisten I Setda Boyolali, Totok Eko YP, mengatakan tradisi ini sudah turun temurun dilaksanakan setiap tahun dan semakin meriah dengan dukungan positif dari masyarakat Pengging dan sekitarnya. Pihaknya juga berharap tradisi ini bisa meningkatkan kunjungan wisata di Pengging.
"Tradisi ini perlu terus dilestarikan untuk mendorong kemajuan wisata Pengging. Kegiatan ini juga turut memberikan hiburan bagi masyarakat," katanya.
(sip/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini