Pahatan tulisan 'Bumi Pasundan lahir ketika Tuhan sedang tersenyum -M.A.W Brouwer' menghiasi kolong jembatan penyeberangan orang (JPO) di Jalan Asia Afrika, Kota Bandung.
Di seberang tulisan itu juga, terdapat petikan kalimat dari seniman multitalenta Bandung Pidi Baiq, yang berkata "Dan Bandung bagiku bukan cuma masalah geografis, lebih jauh dari itu melibatkan perasaan, yang bersamaku ketika sunyi".
Titik itu juga menjadi magnet bagi wisatawan untuk mengabadikan gambar. Sayangnya, di balik megahnya JPO atau Jembatan Konferensi Asia Afrika (KAA) tersebut ada nilai fungsional yang hilang. Warga enggan untuk memanfaatkan jembatan yang dibangun di era Wali Kota Ridwan Kamil itu karena kondisi di dalamnya yang jorok, bau pesing, kumuh dan terbengkalai. Lokasi Jembatan KAA ini dekat dari rumah dinas wali kota Bandung.
Perlu diketahui, JPO bergaya art deco ini memiliki struktur seperti benteng atau bangunan beratap, dengan dinding berkaca di beberapa sisinya. JPO ini menghubungkan trotoar dari samping gedung BRI Tower ke lahan eks mal Palaguna. Terlihat dari luar bangunan ini terlihat luar biasa dengan atap berdekorasi harimau di tiap ujungnya.
Namun begitu hendak masuk ke lorong menuju tangga ke dalam, bayangan keindahan itu mendadak pudar. Bau pesing menyengat ke hidung saat detikcom menyambangi Jembatan KAA itu pada Jumat (31/12/2021) malam dan Sabtu (1/1/2022) siang. Bahkan, ketika itu terlihat seorang pria tengah buang air kecil di salah satu sudut dalam jembatan itu.
Di dalam JPO itu detikcom juga menemukan beberapa botol minuman keras, beberapa masih dalam bentuk utuh dan sebagian lagi telah pecah. Sampah plastik berserakan tak karuan, lantainya pun kotor, berlumut dan becek. Kemungkinan air tembus dari plafon atau langit-langit bangunan jembatan yang jebol.
Ada juga tumpukan jerami, di beberapa sudut. Diduga jerami itu menjadi alas yang digunakan tunawisma untuk berbaring. Sementara itu, dinding bagian dalam dipenuhi coretan vandalisme. Ada juga lemari yang kondisinya sudah rusak tak karuan. Terlihat juga kabel saklar yang tercerabut.
Kondisi pada malam hari malah terkesan horor. Selain bau pesing yang bikin pening, juga gelap karena tak ada lampu yang menyala di dalamnya.
Kondisi tersebut disayangkan oleh Davi (32), warga Bandung. Menurutnya, inisiatif pemerintah untuk menata kota tak diiringi dengan kebijakan untuk pemeliharaan.
"Ya bangunannya bagus dari luar, tetapi dalamnya kumuh sekali, bau pula," katanya.
Ia pribadi lebih memilih untuk menyeberang di bawah JPO tersebut dibandingkan harus naik ke atasnya, meski pun ia sadari risikonya jauh lebih besar daripada memakai JPO. "Selain kondisi baunya juga, kadang ada kekhawatiran suka ada yang malak juga di atas sana," ucap Davi.
(yum/bbn)