Sejumlah kampus di Bandung buka suara soal Permendikbud PPKS. Selain itu, Jawa Barat mencatatkan rekor kasus COVID-19 terendah.
Berikut rangkuman Jabar hari ini, Selasa (9/11/2021).
Pria di Jabar Kumpulkan Profil Dedemit
Dedemit atau yang akrab disebut jurig di tanah Sunda kerap digambarkan sebagai sosok astral yang menakutkan. Sosoknya identik sebagai pembawa musibah atau malapetaka yang kerap mengincar anak-anak atau orang dewasa yang lengah.
Sebut saja Sandekala yang digambarkan sebagai makhluk yang suka mengganggu anak-anak di waktu senja, atau mitos Lulun Samak yang suka menjerat kaki anak-anak hingga tenggelam, bila terlalu lama bermain di air.
Di Sumedang ada pula sosok jurig bakekok yang tinggal di pepohonan hutan belantara, sosoknya dianggap suka mengejutkan warga yang melintas ke wilayah kekuasaannya dengan kepala yang jatuh menggelinding.
Kemudian mitos munding dongkol yang tinggal di aliran sungai, sosok berwujud kerbau ini bila muncul di permukaan akan menghanyutkan anak-anak dengan air bah bila bermain di dekat sungai. Tentu anak kecil juga dilarang untuk mendekati tempat sampah yang kotor karena akan diganggu oleh jurig jarian.
Melihat ada pesan kearifan lokal di balik jurig-jurig tersebut, Ketua Komunitas Hong M Zaini Alif (46) pun tergerak untuk membuat Ghostpedia atau buku kumpulan profil jurig di Jabar. Wakil Dekan II FSRD ISBI Bandung itu pun telah mengumpulkan lebih dari 200 jenis jurig yang berasal dari berbagai wilayah di Jabar sejak 2009 lalu.
Ketertarikan Zaini untuk mengumpulkan nama-nama jurig ini berawal dari permainan anak tradisional yang tengah dilestarikannya, menurutnya banyak permainan anak yang cara main dan filosofinya lekat dengan makhluk-makhluk astral yang berada di luar nalar, seperti permainan jujurigan.
"Saya coba dalami, ternyata di Jawa Barat ada beberapa jenis jurig endemik yang berbeda-beda tergantung di daerah mana asal jurig-nya. Saya kemudian telusuri bersama mahasiswa, yok kita cari sebenarnya ada fenomena apa, kita belajar dari permasalahannya," ujar Zaini saat dihubungi detikcom, Selasa (9/11/2021).
Menurutnya, orang tua zaman dahulu membungkus pesan dengan personifikasi jurig agar anaknya terjauh dari marabahaya. Seperti halnya jurig jarian, yang mengandung pesan agar anak menjauhi tempat yang kotor seperti tempat sampah, agar terhindar dari risiko tertusuk pecahan kaca atau terkena penyakit.
"Proteksi dalam bentuk jurig itu lebih efektif daripada hanya larangan bermain ke sana, di sisi lain ini ampuh agar anak patuh. Dan di sisi lainnya ini warisan kearifan yang dibentuk nenek moyang kita untuk menjaga anak," ujar Zaini.
"Seperti halnya mitos Sandekala, yang kalau kita kaji Sande itu artinya penanda dan Kala itu waktu, jadi penanda waktu antara petang ke malam, atau agar anak-anak tidak bermain melebihi magrib. Nanti ada Sandekala atau serupa Kalong Wewe kalau kata orang tua, sehingga anak pulang ke rumah di balik itu ada kearifan lokal,' ujarnya.
Zaini mengatakan, rasa takut kerap dijadikan salah satu cara untuk membentuk kepatuhan anak. Menurutnya ketakutan kepada hal yang gaib, telah digunakan orang tua zaman dulu kepada anak-anak mereka. Cerita jurig juga kerap digunakan untuk melindungi kawasan hutan dari perusak dengan narasi hutan keramat atau sosok penunggu di dalamnya.
Walau pada konteks kekinian, rasa takut itu berkembang menjadi mitos-mitos baru seperti halnya mitos Nancy atau hantu berwujud noni Belanda yang disebut suka muncul di jendela SMAN 3&5 Bandung. Pergeseran nilai ketakutan pun berkembang seiring dinamika sosial di tengah masyarakat, dan industri media populer.
"Memang berkembang dari masa kanak-kanak menjadi orang dewasa, muncul cerita pocong atau kuntilanak yang mengerikan dalam konteks manusia dewasa, akhirnya tidak berubah lagi menjadi rasa patuh tapi menjadi penguji adrenalin, dan akhirnya setan merubah diri, seperti apa yang ditakutkan manusia. Di Jabar misalkan ada hantu pocong, tentu itu berbeda dengan di Eropa yang berbentuk vampire yang ditakuti masyarakat lokal di sana. Pola itu didesain manusia sendiri," tuturnya.
Dalam konteks lainnya, kata jurig sendiri dalam bahasa lokal disebut juga 'ahli' atau orang yang menggemari suatu kegiatan atau hal. Sehingga muncul istilah-istilah baru terkait jurig ini semisal jurig Persib untuk seseorang yang sangat fanatik dengan Persib Bandung atau jurig bakso untuk seseorang yang sangat menggemari makan bakso.
"Jadi sebenarnya ini untuk menjaga, walau terkesan menakut-nakuti tapi dipahami anak dan pada pendewasaannya ia akan mengerti mana yang masuk akal atau tidak," ujar Zaini.
Saat ini buku Ghostpedia masih dalam tahap penyusunan gambar, ia berharap buku ini nantinya menjadi salah satu pengingat warisan kearifan lokal di Jabar.
(bbn/bbn)