Beragam peristiwa terjadi di Jawa Barat hari ini, Senin (8/11/2021) dari mulai pabrik cokelat kebakaran di Dayeuhkolot Bandung hingga sumur di Sumedang mengeluarkan solar.
Pabrik Cokelat di Dayeuhkolot Terbakar
Pabrik pengolahan cokelat PT PCI Papandayan Coco Industries, di Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung terbakar, hari ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepulan asap hitam terlihat dari dalam pabrik. Asap pun sudah menyebar ke jalan raya yang berada tidak jauh dari lokasi kebakaran.
Terlihat petugas pemadam kebakaran tengah mencoba memadamkan api yang berasal dari salah satu gedung di dalam kawasan pabrik tersebut.
Salah satu warga, Cecep (52) menuturkan, kebakaran terjadi sekitar pukul 15.30 WIB. Awalnya, asap dari pabrik pengolahan coklat itu hanya asap kecil. Namun, tiba tiba saja asap dari dalam pabrik itu membesar.
"Awalnya mah kecil, tapi enggak lama kemudian asapnya membesar," ucap Cecep kepada detikcom. Tedi menuturkan sejumlah pegawai pabrik sempat mencoba memadamkan api. Namun, api kemudian membesar dan karyawan pun kewalahan memadamkan api.
"Tadi juga sempat dilakukan pemadaman oleh pegawai pabrik. Kemudian karena membesar, diperlukan bantuan," ucapnya.
Delapan unit mobil pemadam kebakaran diterjunkan untuk melakukan pemadaman api do lokasi kejadian.
Kejadian kebakaran ini juga dibenarkan oleh Kapolsek Dayeuhkolot Tedi Rusman.
"Iya betul tadi kejadian kebakaran terjadi sekitar setengah 4, langsung datang pemadam kebakaran," ucap Kapolsek Dayeuhkolot Kompol Tedi Rusman kepada detikcom di lokasi kejadian.
Tedi menuturkan sejumlah pegawai pabrik sempat mencoba memadamkan api. Namun, api kemudian membesar dan karyawan pun kewalahan memadamkan api.
"Tadi juga sempat dilakukan pemadaman oleh pegawai pabrik. Kemudian karena membesar, diperlukan bantuan," ucapnya.
Sejauh ini, ada delapan mobil pemadam kebakaran yang masuk ke dalam pabrik. Kemudian, ada empat mobil ambulans yang juga datang ke lokasi kejadian.
"Ada sekitar 8 unit pemadam kebakaran yang berupaya memadamkan api," ucapnya.
Hingga pukul 18.30 WIB, kepulan asap masih terlihat. Petugas pemadam kebakaran pun masih mencoba memadamkan si jago merah.
Salah satu tersangka kasus pinjaman online (pinjol) ilegal Sleman mengajukan gugatan praperadilan kepada Polda Jabar. Menyikapinya gugatan tersebut, Polda Jabar siap menghadapi.
"Polda Jabar akan menghadapinya sesuai SOP dan kami tentunya mohon doa dan dukungan dari seluruh warga masyarakat agar kami dapat menuntaskan kasus ini sampai tuntas," ucap Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Jabar Kombes Arief Rachman hari ini.
Arief menuturkan praperadilan merupakan mekanisme yang diatur dalam KUHAP. Sehingga dia tak mempermasalahkan adanya gugatan praperadilan itu.
"Praperadilan adalah mekanisme yang diatur sesuai KUHAP," kata Arief.
Menurut Arief, pihaknya menetapkan tersangka sudah berdasarkan SOP yang berlaku. Terlebih, penyidik sudah menemukan bukti dan kesesuaian untuk menetapkan tersangka.
"Adapun penetapan para tersangka tentunya sudah melalui proses sesuai SOP dengan didukung dua alat bukti yang kuat," kata dia.
Dalam kesempatan ini, Arief turut mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap praktik pinjol ilegal. Digerebeknya kantor pinjol ilegal, belum serta merta memberantas kelompok-kelompok lain.
"Mari kita bersama sama waspada dan berantas pinjol illegal yang telah menimbulkan korban dan sangat meresahkan masyarakat dan mari kita jadikan pinjol illegal sebagai musuh bersama," ujar Arief.
Salah seorang tersangka pinjol ilegal di Sleman, inisial AZ, mengajukan gugatan praperadilan ke Pengadilan Negeri (PN) Bandung. Humas PN Bandung Wasdi mengatakan gugatan itu dilayangkan atas penetapan AZ sebagai tersangka.
"Daftarnya sudah ada, barusan saya sudah konfirmasi juga," ujar Wasdi, saat dihubungi wartawan Sabtu (6/11).
Wasdi mengatakan daftar gugatan praperadilan sudah diterima dengan nomor perkara 15/Pid.Pra/2021/PN Bdg dengan termohon Subdit V Diskrimsus Polda Jabar.
"Inti praperadilannya penetapan tersangka dari Polda, minta dinyatakan tidak sah penetapan tersangkanya," ujar Wasdi.
AZ merupakan salah satu dari delapan orang tersangka yang diciduk saat Polda Jabar menggerebek kantor perusahaan pinjol ilegal di Sleman beberapa waktu lalu.
Tujuh orang lainnya yakni RSS direktur perusahaan, GT menjabat sebagai asisten manajer, RS sebagai HRD, MZ sebagai IT support, EA team leader desk collection, EM sebagai team leader desk collection dan AB sebagai desk collection atau debt collector online.
TPA Sarimukti Kembali Normal, Sampah Bandung Raya Mulai Diangkut
Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) Sarimukti, Kabupaten Bandung Barat, kembali beroperasi normal. Alat-alat berat bisa kembali bekerja setelah pasokan bahan bakar minyak (BBM) terpenuhi.
"Sudah berjalan normal, dari kemarin," ujar Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jawa Barat Prima Mayaningtyas saat dihubungi detikcom hari ini.
Kepala DLH Kota Bandung Dudy Prayudi lega, karena TPA Sarimukti kembali beroperasi normal. Sebab, menurutnya sempat ada penumpukan sampah di Bandung. "Alhamdulillah kemarin siang sudah beroperasi kembali, sehingga proses pengangkutan ke TPA menuju Sarimukti normal kembali," ujar Dudy.
Sebelumnya, aktivitas pembuangan sampah dari wilayah Bandung Raya itu sempat macet karena keterlambatan pasokan BBM sejak Jumat (5/11/2021). Sampah-sampah di TPS pun sempat tak terangkut selama dua hari.
Informasi mengenai tak bisa beroperasinya TPA Sarimukti karena pasokan BBM ini juga tersebar di media sosial. Salah satunya diunggah oleh akun Info KBB di Facebook. Dalam narasinya, terpampang deretan truk sampah milik DLH Kabupaten Bandung Barat terparkir di halaman UPT Kebersihan KBB di Jl Gedong V, Padalarang.
"Selain menimbulkan pemandangan kurang bagus, air rembesan sampah dari truk yang diguyur hujan sepanjang hari ini menyebabkan jalanan menjadi becek disertai bau yang sangat tidak sedap," tulis akun tersebut.
Anggota Komisi IV DPRD Jawa Barat Daddy Rohanady menyoroti soal tersendatnya pengangkutan sampah akibat krisis bahan bakar minyak (BBM) di TPA Sarimukti, Kabupaten Bandung Barat. Menurut Daddy seharusnya Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jabar memperhitungkan secara matang meskipun ada realokasi anggaran karena COVID-19.
"Saya katakan seharusnya ini tidak terjadi. Soal alokasi anggaran cuma sampai Oktober, menurut saya seharusnya tidak boleh mendahulukan yang sunah, tapi mengabaikan yang wajib," ujar Daddy saat dihubungi detikcom.
Daddy mengatakan seharusnya DLH Jabar bisa mengatur anggaran secara matang sehingga persoalan seperti BBM untuk alat berat ini tak menjadi kendala. Kalau pun ada anggaran untuk sampah yang terefocusing, harusnya anggarannya proporsional.
"Jangan besar-besar karena hal seperti ini harusnya tidak terjadi. Pasti ada kemacetan di Sarimukti, saya ini anggota Banggar yang rewel, tapi kadang ada hal yang luput dari banggar. Mudah-mudahan ada solusinya, salah satunya mengambil anggaran dari biaya tak terduga," tutur Daddy.
"Adanya bau-bau minyak mulai terasa seminggu ke belakang, setiap mau mandi pas dicium bau minyak," ungkap Dadang (52), saat ditemui detikcom di rumahnya, hari ini.
Dadang mengetahui sumur miliknya mengandung BBM seperti solar setelah diteliti oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumedang dan Pihak Kecamatan yang datang setelah mendapat laporan darinya tadi pagi.
"Tadi pagi banyak yang datang ke sini dari BPBD Sumedang dan Kecamatan katanya sumur saya seperti mengandung minyak solar," ungkapnya.
Dadang mengaku kejadian ini baru pertama kali terjadi sejak sumur yang memiliki kedalaman 14 meter ini dibangun pada empat tahun silam.
Sebelumnya, ia tidak menaruh kecurigaan atas temuannya itu. Namun semakin lama dibiarkan kandungan bahan bakar mirip solar di sumurnya semakin tampak.
Bahkan ia cukup kaget saat hendak menyalakan rokok, api dari pemantik yang dinyalakannya malah menyambar tangannya yang saat itu dalam keadaan basah oleh air sumur.
"Seminggu kebelakang mah bau-bau cuma sedikit namun semakin ke sini semakin menyengat, kagetnya pas nyalain rokok, apinya malah nyala ke tangan saya," ucapnya.
Puncaknya, kata Dadang, terjadi kemarin atau pada Minggu (7/11/2021) pagi. Saat itu, ia melihat sumur miliknya bukan berwarna bening namun malah berwarna kuning tebal dengan mengeluarkan bau menyengat khas bahan bakar solar.
Mengetahui hal itu, ia dengan dibantu saudaranya langsung menguras sumurnya itu sampai sisa air hanya beberapa centimeter dari dasar sumur. Namun saat dilihatnya kembali tadi pagi, bukannya hilang, kandungan minyak di sumurnya malah semakin bertambah.
"Pas kemarin hari minggu saya kuras dari mulai jam 9 pagi sampai jam 7 malam sampai tinggi air cuma sekitar beberapa centimeter lagi, namun pas dilihat tadi pagi, minyaknya malah semakin banyak," ucapnya.
Dadang mengatakan saking banyak kandungan minyak, sumurnya itu sempat diserbu oleh saudara dan tetangganya untuk diambil minyaknya lantaran tampak mengambang dan terpisah dari air sumur di permukaannya.
"Ada puluhan liter mah yang saya bagikan, ada yang pakai botol air mineral, ada yang pakai wadah jeriken minyak, karena kan kalau minyak solar itu mengambang di atas air, kelihatan kuning tebal," ungkapnya.
Sumur Dadang pun kini untuk sementara waktu tidak bisa digunakan dan telah dipasangi garis polisi untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.
Tanpa kejelasan yang pasti dari pihak terkait soal status sumurnya itu, Dadang pun bersama keluarganya kini terpaksa harus meminta bantuan dari tetangganya untuk pemenuhan kebutuhan air bersih.
"Sekarang ya terpaksa minta ke tetangga, pokoknya jangan dulu digunakan kalau kata petugas yang tadi pagi datang kesini," ujarnya.
Aksi penyerangan itu dilakukan oleh sekelompok orang di Jalan Titiran, Kota Bandung pada Sabtu (6/11) lalu. Aksi penyerangan itu terekam CCTV yang videonya viral di medsos.
"Diduga pelaku ada delapan. Kita amankan dua (orang) yang enam ini DPO," ujar Kapolsek Coblong Kompol Nanang S di Mapolsek Coblong, Kota Bandung, hari ini.
Kedua pelaku ini yakni Satria Kusuma (20) dan M Ajis Aditya (18). Sementara sisanya, masih dilakukan pengejaran.
Dari hasil penyelidikan sementara, diketahui aksi penyerangan itu dilakukan di dua TKP yakni Jalan Titiran dan Jalan Puter.
Nanang menuturkan kejadian tersebut berawal saat korban tengah diam di Jalan Titiran. Korban kemudian didatangi oleh segerombolan orang pelaku.
"Kemudian menyerang korban dengan kata-kata dan bahasa 'sikat'," kata Nanang.
Polisi yang tengah melakukan patroli kemudian mendapati laporan ada keributan. Polisi kemudian datang ke dua TKP tersebut.
"Diketahui masyarakat dan bisa diamankan," tuturnya.
Polisi masih mendalami motif dari aksi penyerangan itu. Namun hasil penyelidikan sementara polisi mendapat informasi adanya seseorang dari kelompok pelaku yang diduga dipukul.
"Mereka menyangka ada temannya dipukuli entah daerah mana. Pelaku dan korban ini tidak saling kenal," katanya.
Kedua pelaku saat ini sudah ditahan di Mapolsek Coblong. Polisi masih melakukan pengembangan dan memburu buronan yang lain.
"Tetap kita akan proses pencarian. Syukur-syukur mereka mau menyerahkan diri," ujarnya.
Sebelumnya, lima driver ojek online (ojol) menjadi sasaran penyerangan sekelompok orang tak dikenal di Jalan Titiran, Kota Bandung. Dalam rekaman CCTV yang beredar di media sosial, terlihat sejumlah pria tiba-tiba mengejar driver ojol yang mangkal di dekat lapangan olahraga.
Insiden penyerangan itu berlangsung pada Sabtu (6/11) malam, sekitar pukul 22.30 WIB. Terlihat seorang pelaku berlari, lalu menendang sepeda motor driver ojol yang terparkir hingga terguling. Tiga pelaku lainnya memukul motor tersebut dengan menggunakan ranting kayu secara membabi buta.
Tak berselang lama, beberapa pelaku kemudian mengejar seorang pengemudi ojol yang terlihat sudah menyerah di dekat kamera CCTV. Namun, para pelaku tetap memukuli korban sebelum akhirnya melarikan diri.
Sebagaimana dilihat detikcom dari video yang diunggah akun @infobandungkota, lalu lintas di sekitar Jalan Titiran terpantau masih ada kendaraan yang lalu lalang.