Berkah Pejuang Ekonomi Kelas Bawah Saat Corona Mewabah

Baban Gandapurnama - detikNews
Rabu, 30 Jun 2021 13:48 WIB
Ilustrasi aktivitas pedagang di tengah pandemi Corona. (Ilustrator: Edi Wahyono)
Bandung -

Dumyati (49) sempat goyah terdampak pandemi. Bisnis warung nasi yang ia lakoni bertahun-tahun setop sementara.

"Tiga bulan warung yang saya kelola terpaksa tutup," kata Dumyati kepada detikcom, belum lama ini.

Virus Corona yang mulai terdeteksi di Indonesia pada Maret 2020 penyebarannya makin luas. Aktivitas orang dan bisnis dibatasi pemerintah guna memutus mata rantai COVID-19. Imbasnya, sendi-sendi perekonomian lumpuh dan produktivitas masyarakat berantakan. Gelombang pekerja yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) bermunculan serta banyak tempat usaha kolaps berujung menghentikan operasional.

Pemerintah bergerak memulihkan ekonomi nasional dan mengajak masyarakat bangkit. Para pegiat usaha mikro dikawal pemerintah dengan kemudahan peminjaman modal. Cerita pejuang ekonomi kelas bawah bangkit dari Corona pun menyeruak.

Dumyati kembali memperkokoh fondasi semangat diri dalam mengarungi usaha warung nasi di Jalan Cisokan, Kota Bandung, yang tiga bulan tak melayani pembeli. Bapak tiga anak ini mendatangi kantor PT Pegadaian (Persero) untuk meminjam modal.

"Tiga bulan tutup, saya kembali bangkit. Ada tambahan modal dari PT Pegadaian. Saya meminjam uang Rp 10 juta lewat program Ultra Mikro (UMi)," tutur Dumyati.

Bukan hanya di Jalan Cisokan, jaringan warung makan milik Dumyati di Jalan Maleer V, Kota Bandung, tetap menggeliat berkat suntikan modal program Kreasi UMi. Selain itu, dia turut memperkerjakan dua orang yang berkeliling dari pintu ke pintu rumah warga.

"Setiap harinya ada 19 jenis makanan yang dijual. Mulai ikan, ayam hingga sayuran. Omzet per hari dari dua warung, rata-rata mencapai dua juta rupiah," tutur Dumyati.

Kisah serupa dirasakan Bambang Aminto (41), pelaku usaha mikro lainnya di Kota Bandung. Pageblug virus Corona bikin jantungnya dag-dig-dug. Dia dan kantor tempatnya bekerja kena imbas.

"Pandemi COVID-19 membuat saya kesulitan bergerak aktivitas kerja," ucap Bambang.

Kelusuh-kelasah berkecamuk di benak Bambang. Gejolak jiwanya dituntun menghadapi dua pilihan penting yang bermuara demi keluarga. Tetap bertahan sebagai marketing perusahaan swasta yang telah digelutinya selama 10 tahun atau mempertebal isi dompet dengan merintis jalur bisnis.

"Saat pandemi, sekitar Juni tahun lalu (2020) saya memutuskan untuk resign. Lalu, saya memilih fokus usaha," tutur bapak tiga anak ini.

Butuh waktu satu tahun bagi Bambang membulatkan tekad melepaskan pekerjaan. Ia ogah kesehatannya remuk gegara berjibaku merampungkan sekaligus tugas kantor dan mengurus usaha.

"Waktu itu nggak langsung keluar kerja marketing bidang hotel, restoran dan kafe. Saya dan istri pun mencoba merintis buka usaha kuliner yang modalnya lima juta rupiah. Kebetulan istri hobi masak," ujarnya.

"Selama setahun bisnis berjalan, ternyata omzetnya melampaui dan menggantikan dua hingga tiga kali lipat nominal gaji UMK saya per bulan. Akhirnya, istri merestui saya fokus usaha ayam goreng," tutur Bambang menambahkan.

Salah satu pedagang ayam goreng di Jalan Palasari, Kota Bandung, yang memanfaatkan program pembiayaan UMi. (Foto: Wisma Putra/detikcom)

Gerobak 'Ayam Goreng Palasari Bunga' yang dikelola Bambang mangkal di Jalan Palasari, Kota Bandung. Selagi masa pandemi, Bambang mengklaim usahanya berjalan lancar.

Dia memanfaatkan program UMi yang disiapkan Pegadaian untuk memperkuat modal tambahan. "Waktu itu saya pinjam modal lima juta rupiah ke kantor Pegadaian," tutur Bambang.

Simak video 'Indonesia Masuk Gelombang Kedua Kenaikan Kasus COVID-19':






(bbn/mso)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork