Aturan ganjil genap di Kota Bogor kembali dilanjutkan. Selain itu, ada pula suara alumni ITB terkait Din Syamsuddin.
Berikut rangkuman berita di Jabar hari ini?
Aturan Ganjil Genap di Kota Bogor Dilanjutkan
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Aturan ganjil genap yang diberlakukan Pemkot Bogor diklaim efektif menurunkan mobilitas warga dan angka positif COVID-19 di Kota Bogor secara signifikan. Pemkot dan Forkopimda Kota Bogor sepakat untuk melanjutkan kembali aturan ganjil genap kendaraan bermotor.
"Kami menyepakati (aturan) ganjil genap insyaallah akan dilanjutkan pada Sabtu (20/2/2021) dan Minggu (21/2/2021)," kata Wali Kota Bogor Bima Arya usai rapat koordinasi penanganan COVID-19 bersama Forkopimda Kota Bogor, Selasa (16/2/2021).
Tidak hanya itu, Bima menegaskan, ganjil genap di Kota Bogor diterapkan saat hari libur nasional. "Libur nasional juga diberlakukan ganjil genap. Kami akan lakukan evaluasi apakah ganjil genap dilanjutkan atau tidak setiap dua pekan," ucapnya.
Bima mengungkapkan aturan ganjil genap dinilai efektif untuk menurunkan mobilitas warga dan angka penyebaran COVID-19. Bahkan, menurut dia, penurunan angka positif selama diberlakukan ganjil genap menjadi angka penurunan yang paling signifikan selama pandemi di Kota Bogor.
"Satgas dan forkopimda melakukan pembahasan, kita melihat bahwa program PPKM mikro dan ganjil genap menunjukkan tingkat efektivitas yang sangat tinggi," ujarnya.
"Data arus masuk kendaraan ke Kota Bogor, data penurunan yang sangat signifikan di Kota Bogor. Paling penting adalah tren jumlah kasus angka positif COVID-19 yang menurun sangat signifikan, pada 6 Februari angkanya 187, kemarin 15 Februari angkanya 105. Ini penurunan angka yang paling signifikan selama pandemi," tutur Bima menambahkan.
Kapolresta Bogor Kota Kombes Susatyo Purnomo Condro menjelaskan pola pengawasan tetap dilakukan seperti saat pemberlakuan ganjil genap sebelumnya. Namun, ujar dia, titik sekat akan ditentukan kemudian.
"Apakah titik sekat akan tetap seperti kemarin atau digeser, apakah masih ada check point, tentunya ada pola-pola taktis. Tetapi secara umum ganjil genap tetap akan diberlakukan," ucap Susatyo.
"Kami masih menggunakan pola seperti kemarin, ada 6 titik sekat, 5 check point dan 1 tim crowd free road. Setiap dua jam kami evaluasi. Apakah ada kebocoran dan seterusnya, apakah ada titik yang tidak efektif dan sebagainya, ya tentunya kami akan lakukan evaluasi-evaluasi," tutur Susatyo.
Sebuah video CCTV merekam penganiayaan seorang pria kepada bocah lelaki. Kejadian tersebut terjadi pada Minggu (14/2) sore di Desa Cincin, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung.
Sebagaimana dilihat detikcom, rekaman berdurasi 21 detik itu memperlihatkan seorang bocah sedang mencoba menghentikan sebuah mini bus. Tidak lama kemudian, seorang pria keluar dari mini bus tersebut.
Tiba-tiba pria tersebut memukul kepala bocah tersebut sebanyak dua kali. "Ada video viral, seorang dewasa melakukan kekerasan kepada anak di bawah umur dan ternyata lokasi di Kabupaten Bandung," ungkap Kapolresta Bandung Kombes Hendra Kurniawan di Mapolresta Bandung, Selasa (16/2/2021).
Setelah mendapatkan laporan tersebut, petugas dari Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polresta Bandung melakukan pengecekan ke TKP. Di sana, petugas pun akhirnya mengamankan satu orang tersangka yang ada di dalam video tersebut.
"Kita lakukan pendalaman dan kita amankan satu terduga yang diduga pria dalam video tersebut," ungkap Hendra.
Sementara itu, petugas pun membawa anak tersebut ke P2TP2A untuk dilakukan pengecekan terkait dampak psikologis akibat penganiayaan tersebut. "Kepada korban kita sudah melakukan psikologis ke P2TP2A," ungkapnya.
Akibat perbuatannya, ia disangkakan pasal 80 ayat 2 UU Perlindungan Anak dengan ancaman hukuman lima tahun penjara.
Seorang pria bernama Rohmat Tulloh (24) harus berurusan dengan polisi. Dia kedapatan menyewa pekerjaan seks komersial (PSK) dengan membayar menggunakan uang palsu.
Aksi itu dilakukan Rohmat awal Februari saat dia menyewa jasa PSK melalui aplikasi perpesanan. Saat itu, dia bertransaksi seks di sebuah tempat di kawasan Regol, Kota Bandung.
"Jadi awalnya ada seseorang yang menggunakan uang palsu. Tersangka ini menggunakan uang palsu saat menyewa PSK menggunakan aplikasi kencan," ujar Kapolsek Regol Kompol Auliya Dhjabar di Mapolsek Regol, Jalan Moch Toha, Kota Bandung, Selasa (16/2/2021).
Dalam aksinya, tersangka membayar jasa PSK itu sebesar Rp 400 ribu. Awalnya, korban tak menyadari uang yang dibayarkan pelaku merupakan uang palsu.
Namun, tak berselang lama, korban pun menyadari bahwa uang yang diberikan tersangka merupakan uang palsu. Korban pun melaporkan kasus ini ke Polsek Regol.
"Setelah itu kita selidiki dan akhirnya bisa kita amankan," kata dia.
Hasil penggeledahan, tim unit Reskrim Polsek Regol menemukan sejumlah uang palsu lainnya. Uang palsu yang ditemukan total Rp 4 juta.
"Kita temukan ada 68 pecahan Rp 50 ribu dan enam lembar pecahan Rp 100 ribu," tuturnya.
Atas perbuatannya ini, Rohmat ditahan di Mapolsek Regol. Dia dikenakan Pasal 36 ayat (2) dan (3) Undang-undang nomor 7 tahun 2011 tentang mata yang dan atau Asal 245 KUHP.
"Ancamannya 10 tahun penjara," kata dia.
Gerakan Anti Radikalisme Institut Teknologi Bandung (GAR-ITB) menjadi sorotan setelah melaporkan Din Syamsuddin atas dugaan radikalisme. Kelompok ini juga mengklaim didukung oleh ribuan alumni ITB dalam menyampaikan laporan tersebut ke Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN).
Salah satu calon Ketua Umum Ikatan Alumni (IA) ITB Gembong Primadjaja mengatakan idealnya ikatan-ikatan alumni yang mengatasnamakan kampus tidak berkecimpung di dunia politik. Menurutnya, alumni dari ITB sebaiknya fokus memberikan kontribusi nyata kepada masyarakat, dibandingkan membuat gerakan yang berpotensi menimbulkan perpecahan.
"Saya mengambil benchmark di dunia diskusi atau diskursus para alumni, diskusi bagaimana mereka membangun kekuatan ekonomi, membangun kekuatan teknologi, atau produk sains yang dikembangkan oleh para alumni, bagaimana menghadapi tantangan energi, tantangan soal bagaimana membangun industrialisasi atau reindustrialisasi kemudian membangun peran entrepreneur, start up, membangun entrepreneurship di kalangan alumni-alumni," ujar Gembong dalam diskusi virtual bersama wartawan, Senin (15/2/2021) sore.
"Ke depan kita seharusnya sesuai dengan AD ART yang kita miliki, yakni fokus pada teknologi, sains dan seni, jadi hasil diskusi kita kontribusikan kepada masyarakat, jadi kita tidak ke politik dulu ya, jadi kita ingin alumni ITB bersatu, kita tinggalkan segala macam perbedaan di antara kita, kita punya kesamaan, sama-sama alumni ITB, kita punya visi sama, harmonia in progressio," kata Gembong memaparkan.
Gembong rencananya akan membuka pintu komunikasi dengan sejumlah tokoh yang berkecimpung dalam GAR ITB. Hal itu akan dilakukannya untuk mendapatkan gambaran utuh mengenai gerakan tersebut. Sejauh ini Gembong mengatakan tidak pernah didekati oleh kelompok GAR ITB untuk melaporkan Din Syamsuddin.
"Saya akan membuka komunikasi, saya pernah bertemu dengan beberapa tokoh juga. Saya belum berkomunikasi lagi terkait isu-isu yang panas dan berkembang, tapi saya janji saya akan melakukan komunikasi lagi terkait isu yang sedang menjadi trending topic, dan bagaimana kita mencari solusi bersama agar nama ITB tidak masuk ke dalam ranah yang seharusnya tidak berada di sana," katanya.
Di samping itu, Keluarga Alumni ITB Penegak Pancasila dan Anti Komunis (KAPPAK) mendesak agar Ikatan Alumni (IA) ITB untuk mengambil sikap, terkait langkah yang dilakukan Gerakan Anti Radikalisme (GAR) ITB (GAR-ITB) yang melaporkan dugaan radikal kepada Din Syamsuddin.
KAPPAK merupakan kelompok alumni ITB yang mengklaim beranggotakan 1.721 orang. Kelompok ini menilai apa yang dilakukan oleh GAR-ITB tidak mewakili alumni ITB secara dominan.
"Karena justru masih sangat banyak alumni ITB yang bisa berpikir jernih, objektif, rasional, dan kritis namun tetap cinta almamater dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945," seperti dalam siaran pers KAPPAK yang diterima detikcom, Selasa (16/2//2021).
Dalam siaran pers tertanggal 15 Februari 2021, KAPPAK menyampaikan sejumlah poin. Di antaranya mendesak agar IA ITB segera mengambil sikap terhadap kelompok GAR-ITB karena dinilai KAPPAK beberapa kali menunjukkan sikap tidak proporsional dan intoleran terhadap seorang anggota Majelis Wali Amanat yang dipilih sesuai ketentuan.
"Sebagai alumni sebuah perguruan tinggi yang mengedepankan kemerdekaan berpikir, berkarya, dan berkiprah pada platform ilmiah dalam kawalan nilai-nilai Pancasila, sikap dan tindakan yang tidak sesuai dengan itu harus dibersihkan dari para alumni ITB," tulisnya.
KAPPAK juga meminta agar para alumni yang merasa dicatut namanya dalam daftar ribuan alumni yang mendukung pelaporan Din Syamsuddin melakukan evaluasi dan klarifikasi apakah termasuk atau tidak sebagai pihak yang bertanggung jawab secara kolektif.
"Bagi alumni yang merasa dirugikan karena namanya dicantumkan pada surat- surat GAR-ITB, kami juga menyarankan agar segera menyampaikan klarifikasi dan tuntutan yang perlu melalui IA ITB Cabang DKI Jakarta yang telah menyediakan diri untuk menerima pengaduan tentang hal ini," dalam salah satu poinnya.
Setelah sempat surut, banjir kembali terjang wilayah Desa Mulyasari, Kecamatan Pamanukan, Subang, Jawa Barat. Banjir kembali merendam pemukiman warga setelah hujan deras mengguyur wilayah Subang.
Ratusan jiwa pun terpaksa harus kembali mengungsi ke sejumlah tempat, salah satunya di kolong jembatan Jalur utama Pantura Pamanukan.
"Ngungsi lagi karena di sana banjir lagi, banjir datang pukul setengah tiga dini hari pas hujan besar jadi banjir lagi jadi semua pada ngungsi ke sini," ujar Siti Aminah di lokasi pengungsian kolong jembatan, Selasa (16/02/2021).
Siti mengungkapkan, jika kondisi air banjir yang merendam pemukiman warga setinggi dada orang dewasa atau sekitar 40-60 centimeter. Padahal sudah tiga hari terakhir, air banjir yang sebelumnya terjadi sudah surut, warga pun sudah kembali beraktivitas dan membersihkan rumah mereka dari tumpukan lumpur dan sampah.
"Sekeluarga sama orang-orang ngungsi lagi ke sini, tadinya udah pulang ke rumah udah tiga malam, rumah juga belum beres semua banjir datang lagi," keluh Siti.
Dilihat detikcom, ratusan warga kembali mengungsi di kolong jembatan, tikar sebagai alas untuk istirahat nampak digelar, pakaian basah pun nampak berjejer di pagar kolong jembatan. Warga hanya membawa barang seadanya ke lokasi pengungsian karena khawatir banjir semakin tinggi.
Banjir kali ini di sebabkan meluapnya kali Cigadung yang berlokasi di sekitar pemukiman, intensitas hujan yang masih tinggi menjadi salah satu faktor penyebabnya.