Gaji Ditilap Paman Sendiri
Pahit-manis kehidupan telah dia lakoni selama menjadi seorang serdadu. Termasuk, satu hal yang masih dia sesali hingga hari ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Udin mengaku pernah punya pengalaman pahit. Saat itu, di akhir tahun 50-an, kata Udin, dia ikut Operasi Penumpasan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) di Sumatera.
Bapak 9 anak yang kala itu masih bujang mengaku ingin fokus dalam bertugas. Dia kemudian menyerahkan seluruh gaji dan uang saku kepada seorang anggota keluarganya.
Gaji itu diberikan kepada seorang pria yang disebutnya sebagai paman hingga satu tahun lamanya. Apes, gaji dan uang saku hasil dia mengabdi ternyata habis dimakan orang yang dia percaya.
"Pas saya tanya ya dia gak jawab apa-apa. Padahal dia paman saya. Uang saku itu dulu Rp 200. Jangan ditanya, beli emas aja dulu cuman Rp 50 satu gram," ujar Bah Udin.
Bah Udin mengaku, hal tersebut masih mengganjal dalam hati hingga kini. Meskipun sudah mengikhlaskan, dia mengaku sedih saat mengingat hal tersebut.
"Saya sedih kalau ingat perjuangannya, saya bertempur di medan perang, hampir mati diserempet peluru, teman saya ada yang meninggal kena ranjau di depan mata saya. Tapi masih ada yang tidak menghargai itu sampai tega mengambil hasil jerih payahnya," katanya.
Di usia senjanya, Udin kini tinggal di sebuah rumah sederhana peninggalan orang tuanya di kawasan Babakan Loa, Tarogong Kidul, Garut. Sepeninggal istri pertama, Dede, dia kini hidup ditemani istri kedua dan anak-anaknya.
Di momen Hari Pahlawan ini, Udin berpesan agar pahlawan yang membela bangsa dan tanah air lebih dihargai. Dia mengaku miris melihat beberapa koleganya dulu yang hidup susah sekarang.
"Kita dulu perang untuk menjaga kemerdekaan dari yang ingin merebut. Generasi muda sekarang harus berperang melawan ego masing-masing dan bersatu demi negara," tutup Udin.
(mso/mso)