Jabar Hari Ini: Pria Rusak Masjid-Hujan Es Terjang Sejumlah Daerah

Jabar Hari Ini: Pria Rusak Masjid-Hujan Es Terjang Sejumlah Daerah

Tim detikcom - detikNews
Rabu, 23 Sep 2020 20:22 WIB
Sebuah masjid di Bandung dilempar seorang priapria hingga mengakibatkan kaca pecah. Pria yang diketahui berinisial DB itu tiba-tiba datang dan melakukan pelemparan.
Perusakan masjid di Bandung (Foto: Dony Indra Ramadhan/detikcom).
Bandung -

Seorang pria berinisial DB merusak Masjid Nurul Jamil yang berlokasi di Jalan Bukit Dago Selatan, Kecamatan Coblong, Kota Bandung, Rabu (23/9/2020), pukul 06.00 WIB. Polisi pun bergerak cepat meringkus pelaku, tetapi apa motifnya ?

Sementara itu kasus suap mobil mewah kepada eks Kalapas Sukamiskin terus berlanjut. Radian Azhar, penyuap kalapas, divonis kurungan penjara oleh majelis hakim saat sidang putusan di Pengadilan Tipikor Bandung.

Di sisi lain Jawa Barat, desakan untuk menunda Pilkada Serentak 2020 datang dari berbagai kalangan. Kali ini, desakan itu muncul dari Paguyuban Pasundan. Apa dasar pertimbangannya ?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berikut rangkuman berita menarik yang terjadi di Jabar Hari Ini, berikut ulasannya :

Suap Mobil Mewah Pengusaha ke Eks Kalapas Sukamiskin

ADVERTISEMENT

Penyuap mantan Kalapas Sukamiskin Wahid Husen, Radian Azhar divonis bersalah melakukan suap. Radian divonis kurungan 1,5 tahun penjara atas perbuatannya.
Putusan itu dibacakan majelis hakim saat sidang putusan di Pengadilan Tipikor Bandung, Jalan LLRE Martadinata, Kota Bandung pada Rabu (23/9/2020).

Dalam amar putusannya, majelis hakim Dariyanto menyatakan Radian terbukti bersalah melakukan tindak pidana korupsi.

"Mengadili, menjatuhkan pidana penjara terhadap terdakwa selama satu tahun dan enam bulan dikurangi masa penahanan. Denda Rp 50 juta dengan ketentuan bila tidak membayar diganti kurungan penjara selama tiga bulan," ujar hakim saat membacakan putusan.

Hakim menyatakan Radian terbukti bersalah melakukan tindak pidana korupsi sesuai yang diatur dalam dakwaan kedua yakni Pasal 13 Undang-undang nomor 31 tahun 1999 tentang tindak pidana korupsi sebagaimana diubah Undang-undang nomor 20 tahun 2001.

Dalam putusannya itu, Dariyanto menjelaskan Radian memberikan sesuatu kepada Wahid Husen berupa satu unit mobil Mitsubishi Pajero Sport Dakar 4x2 tahun 2018 senilai Rp 517 juta. Pemberian itu dimaksudkan agar Wahid berbuat sesuatu dalam jabatannya sebagai Kalapas Sukamiskin.

Salah satunya yakni agar perusahaan Radian PT Glori Karsa Abadi dijadikan mitra kerja sama di Lapas Sukamiskin. Suap itu dilakukan berawal sejak Wahid pertama kali menjabat sebagai Kalapas Sukamiskin pada Maret 2018 lalu.

Saat itu, kata hakim, terdakwa yang sudah kenal mendatangi Wahid Husen. Dengan dalih silaturahmi, terdakwa melihat peluang untuk bisa ditunjuk sebagai mitra kerja sama di bidang percetakan.

"Wahid Husen dalam pertemuan itu meminta agar terdakwa menukar mobil Kijang Inova miliknya dengan Toyota Fortuner. Terdakwa pun berjanji akan memenuhinya dan diganti dengan Mitsubishi Pajero," ujarnya.

Radian kemudian meminta stafnya untuk membeli mobil Pajero Sport seharga Rp 517 juta dengan cara dicicil. Setelah perbuatan itu dilakukan, Wahid kemudian mengenalkan Radian ke stafnya di Lapas Sukamiskin.

Radian pun mulai menempatkan sejumlah karyawannya di Lapas Sukamiskin untuk menjalankan mesin percetakan. Mereka mulai menerima orderan dari internal lapas maupun luar.

Paguyuban Pasundan Minta Pilkada Serentak Ditunda

Paguyuban Pasundan mendesak agar pemerintah menunda pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak pada Desember mendatang. Hal itu, beranjak dari masih tingginya angka kasus positif COVID-19 di Tanah Air, termasuk di Jawa Barat.

Ketua Umum Pengurus Besar (PB) Paguyuban Pasundan Didi Turmudzi mengaku prihatin dengan kondisi pandemi saat ini. Menurutnya, KPU dan pemerintah seharusnya lebih bijak dalam melihat situasi, terutama dari aspek keselamatan.

"Seharusnya dengan kondisi pandemik seperti ini KPU dan pemerintah bisa lebih bijak dalam pelaksanaan Pilkada mendatang. Tidak memaksakan untuk tetap diselenggarakan pemilu, ketika jumlah positif COVID ini terus melonjak setiap harinya, karena tidak ada jaminan baik dari KPU dan pemerintah daerah, dalam pelaksanaannya tidak berkumpul atau bergerombol ini mengkhawatirkan, jika tetap dipaksakan untuk dilaksanakan," ujar Didi, Rabu dalam keterangannya (23/9/2020).

Sebelumnya, lanjut Didi, dirinya mewakili Pengurus Besar (PB) Paguyuban Pasundan sudah berkonsultasi dengan dokter ahli dari Fakultas Kedokteran Universitas Pasundan (FK Unpas). Dari hasil konsultasi, pelaksanaan Pilkada justru berpotensi meningkatkan risiko penularan COVID-19.

"Bayangkan jika Pilkada dipaksakan pelaksanaannya, bagaimana orang dengan mudah tertular COVID-19. Sekarang aja sudah ada PSBB, sehari bisa tembus 4.000 orang apalagi dalam Pilkada yang biasanya ada kampanye dan lainnya, yang jelas-jelas mengundang warga berkumpul dan berkerumun," katanya.

Oleh karenanya ia berharap KPU akan kembali meninjau pelaksanaan Pilkada agar ditunda hingga kondisi pandemi membaik.

"Usulan penundaan Pilkada ini akan sampaikan melalui surat terbuka kepada KPU Jabar dan pusat. Semoga mereka bisa lebih bijak. Karena nyawa manusia saat ini sedang dipertaruhkan, jangan sampai dianggap main-main khususnya di Jawa Barat umumnya warga Indonesia," ujarnya.

Sekeluarga di Bandung Tinggal di Rumah Nyaris Ambruk

Heri Pandi (58) sapaan akrab Eri, salah satu warga di Jalan Garuda Dalam I, RT 6 RW 3 Desa Dungus Cariang, Kecamatan Andir, Kota Bandung butuh bantuan untuk biaya pembenahan rumahnya dan pengobatannya. Saat ini dia dan keluarganya bertahan di rumah dengan kondisi yang memprihatinkan.

Rumah dengan ukuran kurang dari 4x5 meter terpaksa dihuni oleh lima jiwa. Atap dan kusennya sudah tidak berbentuk, ditambah dengan genting yang mulai ditumbuhi dengan tumbuhan liar karena tidak terurus.

Saat detikcom menyambangi di kediamannya, Eri tampak kesulitan bernafas. Rupanya dia mengidap penyakit paru-paru. Bukan tak ingin untuk memperbaiki rumah dan memulihkan kesehatannya, namun Eri menuturkan tidak memiliki kemampuan dari segi biaya.

"Bekas orang tua (rumah), cuman kebetulan orang tua kondisi ekonominya juga kekurangan ditambah buta atau tunanetra. Saya anak terakhir yang ngurus orang tua," kata Eri saat ditemui, Rabu (23/9/2020).

Dia mengatakan, selama mengurus ibunya 'nyambil' bekerja sebagai tukang servis barang elektronik. "Kerjanya buruh serabutan. Ngurus orang tua jadi ngambil yang bisa dikerjain di rumah. Elektronik juga autodidak, asal bisa betulin tv dan radio," tuturnya.

Selama dua tahun terakhir, kondisi rumahnya lebih parah dan tidak terurus sama sekali karena penyakitnya yang membatasi. Sebelum sakit, kata dia, kerusakan ringan di rumahnya masih sempat ia benahi. "Tapi sekarang buat naik ke atap aja ga sanggup," ujarnya.

"Kalau udah dengar 'geludug' (petir) udah dag dig dug, banjir sama bocor itu udah pasti. Banjir-banjir ke sini, di sini (bagian dalam rumah) keluar air. Makanya kena penyakit eksim karena airnya kotor," kata Eri.

Dua anak laki-laki, satu keponakan, dan istrinya tinggal di tempat yang sama. Seringkali anak-anak tidak tidur di rumah dan menginap di temannya. "Ya karena udah pada besar-besar dan kasian kalau tidur di sini. Bapak juga pisah tidurnya di tengah karena sakit jadi takut nularin ke yang lain," akunya.

Usaha Eri untuk memenuhi kebutuhan keluarganya tidak cukup sampai di situ. Ia bersama dengan beberapa tetangganya sempat mengajukan bedah rumah ke kelurahan setempat. Namun sayang, persyaratan administrasi menyulitkannya mendapatkan bantuan tersebut.

"Udah beberapa kali yang datang dari Paguyuban, RT, RW, dan Lurah. Udah foto-foto tapi juga belum ada tindak lanjutnya. Katanya saya tidak punya sertifikat tanah," imbuh Eri.

Petugas Temukan Penyebab Luapan Sungai Cicatih di Sukabumi

Banjir bandang menerjang wilayah Kecataman Cicurug, Kabupaten Sukabumi. Ratusan rumah terendam dan beberapa di antaranya mengalami kerusakan. Tiga orang hanyut dan dua di antaranya ditemukan dengan kondisi tidak bernyawa.

Ratusan personel TNI - Polri, tim SAR gabungan, BPBD dan relawan bergerak cepat ke lokasi kejadian. Posko evakuasi, layanan medis hingga dapur umum didirikan di sekitar lokasi sejak malam pertama peristiwa itu terjadi. Dahsyatnya banjir bandang hingga membawa material batang pohon besar yang tercabut dari akarnya dan bebatuan bercampur lumpur.

"Dari hari pertama kejadian Senin malam, kita langsung mencari trouble spot-nya atau titik masalah kenapa terjadi luapan air dari sungai Cicatih. Ternyata setelah di selidiki, ada satu jembatan di aliran Sungai Cicatih yang tersumbat," kata Komandan Penanggulangan Darurat Bencana sekaligus Dandim 0607 Kota Sukabumi Letkol Inf Danang Prasetyo Wibowo, Rabu (23/9/2020).

Penelusuran dilakukan, Danang juga menugaskan beberapa tim untuk memeriksa penyebab meluapnya Sungai Cibuntu yang menjadi aliran utama Sungai Cicatih. Penelusuran dilakukan hingga ke hulu sungai di Curug Citaman di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS).

"Kemudian di telusuri lagi, ke hulu ada penyebabnya yaitu dimana tumpuan atau bendungan Curug Citaman di hulu yang membentuk seperti bendungan alami kecil berdiameter 10 meter dengan kedalaman 2,5 meter. Nah itu yang pecah dan akhirnya material batu dan air turun ke bawah memasuki sungai Cicatih kemudian terbawa sampai dengan membendung jembatan di Desa Cibuntu," tutur Danang.

Dahsyatnya banjir tidak hanya lumpur tapi juga gelondongan batang pohon berukuran cukup besar. Diketahui hulu Sungai Cibuntu yang meluap berada di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS).

Soal kemunculan batang-batang kayu itu sempat diutarakan sejumlah saksi mata saat kejadian, Parlin salah seorang warga mengatakan materal lumpur menjebol tembok menuju halaman rumahnya. Saat menyelamatkan diri dari terjangan air ia juga berhadapan langsung dengan batang kayu besar.

"Panik waktu kemarin itu cuma yang saya hindari kayu-kayu besar, kayu ini di atas gunung kayunya ada yang lima meter, diameternya ada yang sampe 40-50 cm. Kayu ini mengganjal jembatan ditambah debit air terlalu besar dihantam kanan kiri, meluap dan banjir," tutur Parlin pada Selasa (22/9) kemarin.

Kayu-kayu berukuran besar itu juga yang kemudian menyumbat di jembatan Cibuntu hingga kemudian air menerjang ke pemukiman warga di sekitarnya. Soal kayu gelondongan itu juga dilihat langsung oleh Suharma, warga yang berada di lokasi tidak lama setelah kejadian.

Suharma mengaku berada di lokasi 30 menit setelah banjir bandang menerjang, karena rumah sang kakak menjadi korban terjangan air. Saat itu ia melihat gelondongan kayu ukuran besar berserakan, sebagian lagi menyumbat aliran sungai di jembatan Cibuntu.

"Material batang pohon terbawa dari Gunung Salak. Kondisi batang pohon tidak ada ranting-ranting dan berbentuk gelondongan saja. Ukuran panjang sekitar 10 meter, batang pohon sudah tua kalau dilihat merah-merah begini sudah tua," ungkapnya.

Perusakan Masjid di Dago Bandung

Pria berinisial DB merusak masjid di kawasan Dago Bandung. DB sempat mengejar pengurus masjid. Pelemparan itu dilakukan DB ke Masjid Nurul Jamil, Jalan Bukit Dago Selatan, Kecamatan Coblong, Kota Bandung, Rabu (23/9/2020). Insiden itu diketahui terjadi pada pukul 06.00 WIB.

Marbot masjid sekaligus saksi mata, Arif Rahmat (38), menuturkan peristiwa itu diketahuinya saat datang ke masjid. Saat itu, dia memergoki pelaku yang datang menggunakan sarung.

"Awalnya saya baru datang bawa motor terus bawa sapu. Nah, dia datang dari situ pakai sarung, dikira sopir angkot yang mau mandi di situ. Nah, dia langsung manggil 'woi, dieu woi'," tutur Arif saat ditemui di lokasi.

Ia mengatakan pelaku sempat membawa batu. Keduanya saking berhadapan. Arif lalu mengejar pelaku tersebut, namun justru dikejar balik oleh pelaku.

"Saya kejar dulu. Setelah dia ngejar, terus dia balik lagi ke sini ambil bata. Setelah itu saya manggil orang-orang, tapi masih pagi ya," ucapnya.

Menurut Arif, pelaku tak hanya datang sekali. Pelaku datang dua kali dan melakukan pelemparan.

"Dua kali datang masuk lagi ngelempar. (Bagian yang rusak) Kaca saja, dia nggak masuk ke dalam," kata Arif.

Pelaku ditangkap warga saat mencoba kabur. Pelaku langsung dibawa ke kantor polisi. "Saya turun dari motor sambil bilang 'tangkap dia orang gila, tangkap'," ucap Arif.

Saat ini polisi telah mengamankan DB, dan tengah mendalami motif yang dilakukan pria tersebut.

Hujan Es Terjang Sejumlah Daerah di Jabar

Sejumlah daerah di Jawa Barat diterjang hujan es, Rabu (23/9/2020). Butiran es yang jatuh itu rata-rata sebesar kelereng.

Hujan es yang turun pertama terjadi di Kota Cimahi. Sejumlah warga menyaksikan langsung fenomena alam tersebut.

Berdasarkan pantauan di Alun-alun Cimahi, hantaman butiran es pada atap-atap bangunan serta pada kap kendaraan yang terparkir menimbulkan suara yang cukup kencang.

Sebagian warga dan pengendara yang tengah berteduh di sekitaran Alun-alun Cimahi buru-buru mengabadikan fenomena hujan es tersebut.

Kemudian hujan es juga terjadi di Kota dan Kabupaten Bogor. Ada tujuh kecamatan yang dilanda hujan es di dua daerah tersebut.

Hujan deras disertai es dan angin kencang menerjang tujuh kecamtan di Kota dan Kabupaten Bogor. Kejadian alam itu terjadi selama kurang lebih 15 menit.

"Kejadian tadi sekitar jam 17:00 WIB, ukurannya lumayan kaya biji kamper. Berlangsung selama sekutar 20 menit," kata Damanhuri, warga Cibadak, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor saat dikonfirmasi.

Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kelas I Bandung Tony Agus Wijaya mengungkapkan fenomena cuaca ekstrem pada musim pancaroba sangat lumrah terjadi.

"Saat ini di masa pancaroba atau masa peralihan dari musim kemarau ke musim hujan meningkatkan potensi terbentuknya awan cumulonimbus atau awan gelap berlapis yang menyebabkan terjadi cuaca ekstrem contohnya hujan lebat dan hujan es," ungkap Tony saat dihubungi detikcom.

Tony menjelaskan jika hujan es terjadi karena puncak awan yang melebihi batas ketinggian lapisan beku di udara pada ketinggian lebih dari 5 kilometer.

"Jadi sebetulnya ini fenomena biasa yang terjadi. Tapi kami imbau warga berhati-hati saat melintas ketika hujan deras dan hujan es terjadi," katanya.

Halaman 5 dari 6
(yum/mso)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads