Dalam harapannya, Ajip menginginkan agar perpustakaan yang dibangun dari hasil melelang lukisannya ini bisa dimanfaatkan, terutama oleh orang Bandung, teristimewa oleh urang Sunda. Di balik pembangunannya, Ajip menyebut sejumlah nama yang berjasa dalam kontribusinya membangun perpustakaan ini di antaranya pebisnis Arifin Panigoro dan mantan Wakil Gubernur Jabar Deddy Mizwar.
Ia cukup keras memberikan kritik soal minimnya orang Sunda yang suka membaca. Jangan sampai, perpustakaan yang telah Ajip bangun dari cucuran keringatnya ini dimanfaatkan oleh orang-orang asing yang sengaja datang dari luar negeri untuk meneliti Kebudayaan Sunda atau Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Anggapan bahwa orang Sunda kurang peranannya di lingkungan nasional diantaranya disebabkan karena orang Sunda kurang suka membaca. Mudah-mudahan sesudah tersedia bukunya, orang Sunda tidak kalah oleh orang lain. Insyaallah," ujar Ajip.
Di tengah pandemi COVID-19, Perpustakaan Ajip Rosidi tutup sementara. Ketika detikcom mengunjungi tempat itu belum lama ini, hanya ditemui Pengurus Yayasan Kebudayaan Rancage Dadan Sutisna dan sejumlah pria di pos keamanan.
"Ya mungkin sampai suasananya aman kembali, tapi masih bisa membaca di sini. Asal membuat janji dulu," kata Dadan.
![]() |
Dikumpulkan dari berbagai sumber, Ajip Rosidi mulai menempuh pendidikan di Sekolah Rakyat Jatiwangi (1950), lalu melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri VIII Jakarta (1953) dan terakhir, Taman Madya, Taman Siswa Jakarta (1956).
Meski tidak tamat sekolah menengah, namun dia dipercaya mengajar sebagai dosen di perguruan tinggi Indonesia, dan sejak 1967, juga mengajar di Jepang. Pada 31 Januari 2011, ia menerima gelar doktor honoris causa bidang Ilmu Budaya dari Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran.
(yum/bbn)