Melihat hal tersebut, pelaku lalu bertanya kepada korban maksud korban menggigit bibirnya apakah bermaksud ingin dicium ataukah bukan. Mahasiswi Telkom ini lalu membantah pernyataan tersebut tapi pelaku tetap berupaya mencium korban hingga terjadi hubungan badan di antara keduanya.
"Korban sontak menolaknya tapi pelaku tetap mencium korban dan hubungan (hubungan badan) tersebut terjadi," jelasnya.
Menurut Bahrul, korban mengalami kondisi yang dinamakan tonic immobility atau reaksi biologis saat korban pelecehan seksual mengalami kelumpuhan sementara atas apapun yang diterima oleh tubuhnya. Setelah itu, keduanya menonton ke bioskop dan pelaku kembali melakukan aksi bejatnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Selesai menonton, kondisi hujan sangat deras. Dalam kondisi hujan yang sangat deras tetap pelaku memaksakan untuk menerobos hujan dengan kondisi basah kuyup korban minta pulang ke asrama putri di kampus. Tapi pelaku menolak dan mengatakan pelaku tidak akan melakukan apapun," tambahnya.
Ia menjelaskan, aksi bejat pelaku dilakukan kembali setiba di kosan. Namun korban tidak melakukan perlawanan karena takut dan mengalami tonic immobility. Tak hanya melakukan hubungan badan, pelaku juga melakukan aksi masturbasi di hadapan korban. Diketahui, setelah itu korban berada di indekos pelaku selama satu pekan hingga mengalami trauma ringan.
"Korban di kosan pelaku sekitar satu minggu. Kondisi tersebut terjadi selama satu minggu, korban mengalami trauma ringan pasca kejadian. Bingung harus melakukan apa dan terpaksa mengikuti keinginan pelaku dan terus menemani pelaku pada setiap saat ke luar dari kosan," jelasnya.
Mahasiswi Telkom itu berhasil melarikan diri, selama itu ia menerima teror dari pelaku, hingga akhirnya korban melarikan diri ke tempat unit kegiatan mahasiswa (UKM).
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini